11

18 4 0
                                    

Yeonjun bersimpuh dan meletakkan bunga anyelir merah mudah di atas makan milik Taehyun.

Belum lepas mereka dengan bayang-bayang kemation Soobin, kini mereka juga terpaksa harus melepas Taehyun.

"Takdir kenapa jahat banget. Saking sakitnya, gue sampai nggak bisa nangis lagi." Beomgyu menatap makam itu dengan tatapan kosong.

Hueningkai mengelus punggung Yeonjun yang bergetar semakin kuat.

"Udah nggak apa-apa, Taehyun sekarang bisa bareng-bareng sama Soobin."

Yeonjun berdiri dan berlari dari sana. Rasanya ia tidak pantas menangisi Taehyun tepat di atas makamnya. 

Ia berhenti dan duduk di gazebo yang ada disana. Yeonjun menekuk kakinya dan kembali menangis, menenggelamkan kepalanya di antara lututnya.

"Yeonjun."

Yeonjun mengangkat matanya, ia bisa melihat Beomgyu dan Hueningkai yang berdiri menatapnya dengan empati.

"Gue paham sama perasaan lo. Penyesalan emang dateng ketika saat-saat terakhir kita tanpa mereka. Tapi bukannya lo bilang sendiri, Taehyun nggak mau kita nangisin dia." Beomgyu menepuk-nepuk punggung Yeonjun.

"Kalian nggak akan paham."

"Ada apa emang? Lo bisa cerita sama kita."

Yeonjun diam dengan napasnya yang tersengal-sengal. Ia menatap keduanya lalu menggeleng.

"Gue cuma nyesel, malam itu gue nggak bisa lebih cepet buat dateng kerumahnya. Gue nggak bisa cegah Taehyun."

"Nggak apa-apa, Taehyun pasti ngerti."

Hueningkai terduduk dengan wajah penuh pertanyaan. "Tapi siapa yang ngelakuin itu ya? Waktu diselidiki pun, nggak ada barang yang hilang."

"Menurut kalian, pelakunya sama nggak sih? Dari Soobin ke Taehyun?" Beomgyu melihat Yeonjun dan Hueningkai bergantian.

Yeonjun hanya diam sembari menggelengkan kepalanya pelan. 

"Gimana kalau setelah ini gue?"

Plak!

Yeonjun menampar pipi Beomgyu dengan keras. Sorot matanya nampak tajam dengan tarikan napas yang berat. 

Setelahnya, keadaan menjadi sangat hening. 

"Maaf, bercandaan gue kelewatan. Habisnya gue bingung sama apa yang terjadi akhir-akhir ini."











































Yeonjun mengendap-endap keluar dari kamarnya. Ia memasuki kamar ayahnya dan memastikan bahwa ayahnya sudah tertidur dengan lelap.

Setelah dipastikan ayahnya tidak akan terbangun, Yeonjun segera membuka kotak perhiasan yang terletak di atas meja. Ia mencari-cari sebuah benda di dalamnya.

Yeonjun berhenti saat tangannya menyentuh sesuatu. Ia mengangkat benda itu, sebuah kunci tua. Ia segera menutup kotak perhiasan itu dan meletakkannya seperti semua kemudian pergi dari sana.

Angin malam berhembus menusuk setiap kulit Yeonjun, dia melipat tangannya saat dirinya mulai menggigil. Yeonjun terus berjalan hingga sampai di depan semak-semak lebat di bawah jedela kamarnya.

Ia segera menyingkirkan tanaman-tanaman itu dengan susah payah. Yeonjun kesakitan saat kulit tangannya tergores oleh batang semak yang sulit dicabut.

Akhirnya, setelah beberapa saat, ia berhasil menyingkirkan sebagian dari semak-semak itu. Tidak semua, yang penting dirinya bisa masuk ke dalam pintu itu.

Rache der Hexe | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang