Keempat pemuda itu duduk diam di bangku masing-masing. Taehyun melirik ke sisi kanannya yang beberapa hari ini sudah kosong, ia menghela napas berat.
Melihat Taehyun merasa kesepian, membuat Beomgyu kembali merasakan kehilangan. Ia memutuskan untuk menenggelamkan kepala diantara tangannya agar tidak terlalu berlarut dalam kesedihan.
"Pagi anak-anak."
"Pagi bu!"
"Baik, kita langsung mulai saja ya kelasnya. Oh iya ketua kelasnya siapa? Nanti pulang sekolah menemui wali kelas untuk koordinasi yang mau ikut lomba olimpiade sains."
Seisi kelas terdiam karena mereka juga masih belum menentukan ketua kelas yang baru. Karena terlalu senyap, guru itu lantas menatap murid-muridnya dengan bingung.
"Halo? Saya bicara sama kalian loh."
"Kita belum punya ketua baru bu." Ucap Hueningkai.
Seakan mengerti, guru itu langsung mengangguk. "Yaudah, wakilnya nanti ke kantor guru."
Kemudian guru itu mengambil spidol dan mulai menuliskan sesuatu di papan tulis. "Oke kita akan melanjutkan materi yang kemarin ya." Atensinya kemudian terarah pada Beomgyu. "Beomgyu kamu mau sekolah atau mau tidur. Kalau tidur pulang sekalian, masih pagi kok udah lemes."
Beomgyu pelahan mengangkat kepalanya dengan ogah-ogahan.
"Lebay. Gitu doang padahal."
Ucap seseorang, yang sayangnya dapat didengar oleh telinga Beomgyu. Lelaki itu segera berdiri dan menghampiri meja orang itu.
Ia menarik kerah milik temannya, "Jangan asal bacot ya anjing! Lo nggak tahu apa-apa tentang kita! Mending urus hidup lo sendiri! Dasar nggak punya hati!"
"Gyu udah Gyu." Taehyun menarik tangan Beomgyu dari seragam anak itu dan melirik ke arah guru yang hanya diam terpaku. "Udah, nanti masalah lagi." Bisiknya.
"Gue nggak peduli kalau dapet masalah, yang penting orang-orang dengan mulut busuk kayak gini diem!"
"Sudah! Diam semuanya!"
Beomgyu kembali ke tempat duduknya dengan amarah yang masih meluap. Hueningkai yang ada di sebelahnya langsung mengelus pundak lelaki itu agar emosinya lebih terkendali.
"Tindakan tanpa berpikir itu sia-sia dan merugikan. Lagian ini sudah berapa lama? Kalian yang hidup harus terus maju untuk masa depan. Yang penting diberi doa biar lebih tenang." Tatapnya ke arah Beomgyu.
Beomgyu kemudian bangkit berdiri, "Buat apa juga hidup bareng kalian!" Ia lalu pergi meninggalkan kelas.
"Beomgyu!"
Beomgyu menghentikan langkahnya sembari memegangi kedua lututnya. Ia kemudian menyeka kedua matanya yang sudah berlinang air mata.
Ia menatap hamparan bangunan-bangunan yang berada di sekeliling sekolah. Angin rooftop terasa menenangkan untuk segala kekecewaan yang ada dalam diri Beomgyu.
"Mereka nggak akan pernah paham, Bin."
Pikirannya terus dibayang-bayangi oleh Soobin. Lelaki itu benar-benar mempengaruhi seluruh hidup Beomgyu.
Ia bisa mendengar derap langkah yang ramai mendekat.
"Gyu, lo nggak apa-apa?" Dengan napas terengah-engah Taehyun mendekati Beomgyu yang hanya terdiam.
Beomgyu menatap kedua mata Taehyun, "Gue nggak baik-baik aja, Tae."
Taehyun seketika memeluk Beomgyu. Ia bisa mengerti bagaimana perasaan lelaki itu sekarang.