13

20 3 0
                                    

Yeonjun menyenggol Beomgyu dan melirik ke arah Hueningkai. Beomgyu yang heran langsung menatap lelaki itu, Hueningkai diam dengan pandangan kosong.

Beomgyu menghampiri lelaki itu dan langsung menepuk pundaknya, membuat Hueningkai sedikit tersentak dan tersadar.

"Mending kita kita jajan, gue traktir." Ucapnya sembari memainkan kedua alis.

Beomgyu langsung terkekeh saat mendapat tatapan aneh dari Hueningkai. "Tenang aja, gue bawa duit kok."



























"Gyu lo pesen banyak banget, beneran bawa duit kan? Gue nggak mau ya suruh kerja-kerja lagi." Kata Hueningkai dengan pandangan curiga.

"Nggak akan, suer! Lagian gue lagi pengen makan banyak."

Hueningkai menatap Yeonjun yang hanya mengedikkan bahu.

Yeonjun memandang Beomgyu yang memakan makanannya dengan lahap.

"Pelan-pelan, makanannya nggak bakal ada yang ngambil kok."

"Halah, kayak nggak tahu aja lo bentukan dia kalau makan gimana."

Hueningkai dengan acuh ikut memakan kue pastry.

"Gue sebenernya pengen kue bikinan ayah lo, Jun." Ucap Beomgyu dengan mulut penuh.

Mendengar itu membuat Yeonjun terkekeh disela makannya. "Serius?"

Beomgyu mengangguk, "Serius! Nggak ada yang bisa bikin kue pie seenak bikinan ayah lo! Kayaknya kalian harus jualan deh."

"Ntar yang ngelarisin lo." Celetuk Hueningkai.

Beomgyu hanya bisa meringis.

"Besok dateng ke rumah gue, gue bikinin pie lagi."

"Bikinan ayah lo, bukan elo."

"Iya iya, maksudnya ayah gue."

Tak!

Hueningkai dan Yeonjun reflek menatap Beomgyu yang meletakkan sendok dengan keras.

Dirinya diam membeku dengan makanan di kedua pipinya. Matanya melotot ngeri.

"Lo kenapa anjir? Kesurupan?"

"Kalian ada duit berapa?" Tanya Beomgyu pelan.

Hueningkai langsung melotot dengan mulut terbuka.

Mereka bisa melihat Beomgyu yang sedang menggeledah seisi sakunya dengan panik.

"Gyu, jangan bikin panik lah."

Beomgyu berhenti dan menatap kedua temannya dengan takut. "Guys, uangnya nggak ada."

"Please lah, Gyu." Hueningkai menutup wajahnya.

"Eh eh."

Hueningkai membuka tangannya dan menatap Beomgyu yang nampak menemukan sesuatu di saku bajunya.

"Eaaa.."

Yeonjun menghela napas kasar saat mendapati Beomgyu memberikan mereka jari tengah sembari tertawa.

"Ketipu!"

"Bangsat lu! Dasar penipu kelas kakap!"

Yeonjun tertawa saat Hueningkai mulai menjambak-jambak rambut Beomgyu.

































"Gyu, makasih buat makanannya ya."

"Santai aja bro, besok gue yang bilang makasih."

"Awas Jun, besok rumah lo ikut ludes dimakan Beomgyu."

Di tengah keheningan malam, Yeonjun sedang melakukan panggilan video dengan kedua temannya.

Ia sedari tadi tertawa karena ucapan ceplas-ceplos yang keluar dari mulut Beomgyu maupun Hueningkai.

"Eh Jun, jaket gue masih ada di rumah lo ya?"

"Eh? Iyakah?"

Yeonjun langsung bangkit dari kasurnya dan mencari jaket yang Beomgyu maksud.

"Hooh."

Saat tidak menemukannya di kamar, Yeonjun keluar dari sana dan pergi mencari di ruang tamu.

"Iya nih, baru nyadar." Yeonjun menunjukkan jaket tang tergeletak di atas sofa.

"Nah kan, besok gue ambil sekalian deh. Ingetin ya."

"Jual aja, Jun."

"Bacot Kai."

"Nggak laku paling kalau dijual." Ucapnya dengan kekehan saat melihat Beomgyu melotot ke layar.

"Sehina itukah gue? Jaket gue wangi tahu, yang cium bakal kepincut dan nggak mau lepas."

"Iyuh, paling bau matahari campur keringet."

"Share lokasi lo, baku hantam kita."

"Beomgyu tidur! Besok kan masih sekolah!"

Samar-samar Yeonjun mendengar suara wanita paruh baya dari tempat Beomgyu berada.

Beomgyu yang sedari banyak tingkahpun langsung terdiam.

"Iya mah!"

"Nah loh! Dimarahin mami."

"Bacot. Sialan, baru juga jam setengah satu."

"Yaudah, ayo kita mending tidur aja. Kita belum ngerjain tugas loh, besok kita harus kerjain pagi-pagi di sekolah."

"Oh ternyata gini kelakukan anaknya pak Yoonsang."

Yeonjun tertawa saat mendengar ucapan Hueningkai.

"Yaudah kalau gitu, pangeran mau mimpi indah dulu. Jangan bangunin pangeran ya."

"Jadi putri tidur aja lo kalau nggak mau dibangunin."

"Mending lo tidur juga, Kai. Daripada banyak bacot."

"Yang banyak bacot daritadi elo sat."

Yeonjun menatal mereka dengan pandangan bingung, hingga ia menggaruk pipinya.

"Guys..."

"Eh iya iya, skuy bobok. Apa mau sleepcall sekalian?"

"Ih najong!"

"Yang mau-mau aja ya."

"Matiin aja deh, baterai gue hampir habis juga."

"Eh iya anjir, ternyata punya gue sisa satu persen bentar lagi pasti—"

Sambungan milik Beomgyu terputus begitu saja membuat Hueningkai tertawa terpingkal-pingkal.

"Orang kok kocak."

"Udahan ya, Kai. Gue mau ngecas."

"Yoi, gue juga udah mulai teler."

Click!

Setelah panggilan tersebut terputus, Yeonjun langsung menghembuskan napas pelan dan merebahkan badannya.

Hari ini suasana hatinya bagus sekali.

































"Jun, bangun!"

Plak! Plak!

Yeonjun mengerutkan alisnya saat merasakan tamparan dikedua pipinya. Ia langsung membuka mata dan melihat wajah ayahnya yang nampak panik.

"Bangun, bantuin orang-orang."

"Kenapa, yah?" Yeonjun segera mendudukkan dirinya dan mengumpulkan energi.

Ia mencabut handphonenya dari charger dan melihat jam yang menunjukkan pukul 05.11.

"Sepagi ini emang ada apa?"

Yoonsang yang sudah keluar dari kamar Yeonjun langsung masuk lagi.

"Ada rumah warga yang kebakaran, apinya gede banget!"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rache der Hexe | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang