O3

41 6 1
                                    

Yeonjun memegang erat tapi selempangnya setelah ia tiba di depan gerbang sekolah barunya. Ia tersenyum kepada orang-orang yang ia lalui.

Ia kemudian berhenti di depan kelas, yang ia yakini adalah kelasnya. Ia celingak-celinguk di depan kelas untuk memastikan.

Yeonjun kemudian mendapati ada seorang siswa yang duduk di bangku paling depan di dekat pintu. Namun ia tidak melihat keberadaan Yeonjun lantaran ia memejamkan mata dengan headphone yang terpasang di kedua telinganya.

"Permisi." 

Karena beberapa saat menunggu tidak dapat sahutan, Yeonjun memutuskan untuk mengetuk meja itu. "Permisi."

"Permisi permisi kayak di rumah siapa aja."

Suara seseorang di bagian bangku belakang mengagetkan Yeonjun. Ia kira tidak ada siapapun selain orang di depannya. Pemilik suara itu bangun dari lantai dan mendekati Yeonjun.

Ia menyambar headphone yang dikenakan temannya, membuat anak itu membuka mata dan memasang wajah kesal.

"Ada tamu loh, nggak sopan banget."

Orang itu kemudian menatap Yeonjun yang hanya berdiri di depan mejanya, "Anak baru?"

"Hah anak baru?"

Dua orang lainnya muncul dari belakang dan mendekati meja mereka. 

Sekarang Yeonjun merasa semakin kikuk saat mereka menatapnya dari atas sampai bawah tanpa mengatakan apapun.

"Eum, ini beneran ips dua kan?" 

"Iya bener, selamat datang di kelas sahara. Kenalin gue Soobin, gue ketua kelas disini." 

Yeonjun tersenyum dan menjabat uluran tangan dari Soobin. "Maksudnya kelas sahara apa ya?"

"Lo tahu gurun sahara kan? Nah kelas kita kayak gitu kalau siang. Panasnya mungkin bisa buat ngerebus mie. Oh ya, nama gue Taehyun."

Yeonjun mengangguk kepada seseorang bernama Taehyun itu, anak yang di tarik headphonenya oleh Soobin. Ia kemudian mengedarkan pandangan ke seisi kelas. "Emang nggak dipasang kipas angin?"

"Boro-boro pasang kipas, kas kelas aja setahun sekali."

Yeonjun menatap anak itu, parasnya cantik sekali seperti pangeran. Ia lalu melihat name tag yang ada dibajunya, Hueningkai.

"Jangan-jangan lo bendaharanya." Tebak Yeonjun yang langsung di angguki oleh Hueningkai.

"Halo guys, jadi sekarang kelas kita lagi kedatangan murid baru nih. Ayo perkenalkan diri lo ke sobat momon." 

"E-eh." Yeonjun merasa gugup saat sebuah handycam mendarat dan menyorot wajahnya. "Halo, gue Yeonjun." Katanya dengan senyum kikuk.

"Gyu, matiin nggak. Nanti dia trauma sama lo." Ucap Soobin membuat Beomgyu mengerucutkan bibirnya.

"Kan mumpung masih anget."

"Gorengan kali anget."

Soobin geleng-geleng dan menatap Yeonjun. "Jun, tempat lo di pojok pali belakang itu." Katanya menunjuk bangku dengan kursi di atas meja.

Yeonjun mengangguk dan berjalan menuju bangkunya. Ia menurunkan bangku itu dan membersihkan debu yang menempel. Sepertinya lama tidak ditempati.

"Dan gue ada di depan lo." Ucap Beomgyu sambil duduk di bangku depan Yeonjun. "Dan disini bangku Hueningkai." Ia menepuk bangku di sampingnya.

"Terus bangku depan sendiri punya Soobin sama Taehyun. Akhirnya lengkap juga barisan kita." Ucap Beomgyu kesenangan.

Yeonjun terkekeh kecil melihat teman barunya itu. Ia pikir, ia akan nyaman berada di sekolah ini karena mereka.

"Oh iya, Kai. Kasnya berapa ya?"

"Dua puluh ribu sehari." 

Yeonjun tersenyum dan mengangguk, dalam hatinya berkata pantes yang bayar setahun sekali.

Beomgyu membalikkan badannya menatap Yeonjun, "Jangan mikir mahal, rencana kita sih mau beli kipas angin sebesar kincir angin yang ada di Belanda itu. Biar sekalian satu sekolah terbang ketiup anginnya."

"Haha terus kita nggak sekolah. Akhirnya gue nggak perlu dibebani sama anak-anak setan kayak kalian." Ucap Soobin dengan wajahnya yang bahagia.

"Kita setan dan lo ketua setannya. Nggak ada bedanya." Ucap Taehyun tanpa beban.

"Eh, rumah lo dimana?" Tanya Hueningkai tidak menghiraukan percakapan temannya.

"Lumayan deket kok. Di desa Bougenville."

Brak!

Yeonjun terperanjat saat Beomgyu memukul mejanya, ia berdiri sembari menatap Yeonjun. "Berarti kita tetangga!" Ucapnya menatap teman-temannya.

"Eh iyakah?"

Soobin menghampiri Yeonjun. "Jangan bilang rumah lo di rumah kosong di ujung desa."

"Betul, kok lo tahu. Rumah lo deket situ?"

"Setiap minggu kita jalan pagi keliling desa. Jadi tahu lah rumahnya siapa aja yang ada di desa." Kata Taehyun membuat Yeonjun mengangguk mengerti.

Beomgyu kemudian menyalami tangan Yeonjun. "Selamat, lo masuk kelompok kami."

"Eh? Ehehe." Yeonjun hanya bisa terkekeh karir saat Beomgyu berkata demikian.

"Kapan-kapan ajak kita main ke rumah lo, Jun."

Ucapan Hueningkai itu Yeonjun angguki disertai senyuman di wajahnya. Betapa senang dirinya saat mengetahui mereka adalah teman satu desanya. 

Soobin menepuk pundak Yeonjun dan menatap teman-temannya. "Sekarang grup kita lengkap."

"Makasih, teman-teman."

Rache der Hexe | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang