O2

40 7 0
                                    

Set!

Lelaki itu membuka  matanya, ia menyadari dirinya tertidur di sofa dengan keringat di sekujur tubuhnya. Ia mengusap wajahnya, mimpinya barusan terasa nyata.

"Kecapekan ya?"

Seseorang yang baru saja datang sedikit membuatnya terkejut.

"Iya, ayah."

"Kamu istirahat di kamar sana, biar ayah beresin sisanya. Kasihan kamu dari semalem nggak berhenti."

"Yeonjun bisa beresin kok yah. Aku cuci muka dulu."

Ia kemudian berjalan ke arah wastafel dan menatap pantulan dirinya di cermin. Yeonjun kemudian menghela napas dan mulai membasuh wajahnya.



















































"Jadi ini rumah kita dulu?"

Yeonjun meletakkan tas jinjingnya di tanah dan menatap rumah lama yang akan ia tinggali.

"Iya, sewaktu ibu kamu masih ada." Ucap ayahnya sembari membuka kunci pintu.

Yeonjun dan ayahnya pun masuk ke dalam rumah dan disambut dengan hawa dingin dari rumah itu.

"Kenapa dulu kita nggak tinggal disini aja."

Yoonsang menatap putranya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Nanti kamu juga akan paham."

Yeonjun yang mendengar itu langsung memasang wajah sendu. "Ayah pasti kebayang ibu ya?"

Yoonsang tersenyum dan mengangkat kopernya. "Yah itu juga sih. Ayo, beresin barang-barang kamu. Masih banyak kerjaan yang harus kita lakuin."

































"Hah~"

Yeonjun menidurkan dirinya di kasur, selama beberapa menit ia hanya diam tidak melakukan apapun. Hanya menatap langit-langit kamarnya.

Namun, dirinya dibuat tidak nyaman karena sebuah bingkai lukisan yang terpajang di kamarnya. Ia pun berdiri dan mengamati lukisan itu.

 Ia pun berdiri dan mengamati lukisan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serem ah." 

Ia memutuskan untuk melepasnya dan berniat membawanya ke gudang.











































Sudah 10 menit ia menelusuri rumah ini, namun ia tidak melihat adanya sebuah gudang.

"Mana mungkin rumah nggak punya gudang." Gumamnya. "Atau mungkin ada loteng disini?"

Ia menghela napas saat tidak menemukan loteng dimanapun. Yeonjun menyandarkan dirinya ke tembok dan meletakkan lukisannya di lantai.

Tuk!

"Eh?"

Yeonjun mengetuk-ngetukkan tangannya ke lantai dan mendekatkan daun telinganya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Alisnya mengerut bingung saat mendengar suara lantai yang berbeda dari tempat ia duduk ke lantai lain. Seperti ada sesuatu di bawah sana.

"Yeonjun."

Yeonjun yang sedang berjongkok pun langsung terduduk kaget. "Ayah? Kemana aja."

Ayahnya menunjukkan sekantong telur di tangannya. "Kita makan ini dulu ya? Ayah belum sempat masak."

Yeonjun berdiri dan mengelap tangannya. "Oh iya nggak masalah."

"Kamu ngapain?" Tanya Yoonsang sambil melihat Yeonjun dan lukisan itu bergantian.

"Mau taruh lukisan itu di gudang. Kita punya gudang nggak sih?"

"Nggak, taruh aja di kamar ayah." Kata Yoonsang sambil berjalan menuju dapur.

"Serius? Yeonjun rasanya nggak nyaman ada lukisan itu di kamar."

"Iya, taruh aja. Biar ayah nanti yang urus."

Yeonjun mengangguk dan membawa lukisan itu ke kamar ayahnya.

Cklek!

Ia pun menyandarkan lukisan itu ke dinding. Saat ia hendak keluar, matanya dibuat kesilauan karena suatu benda yang tersorot cahaya matahari.

Yeonjun mendekati benda itu, ternyata sebuah kotak perhiasan. Ia mengangkat kalung emas yang menyilaukan matanya.

Ia tersenyum kecil, "Pasti punya ibu dulu."

Tangannya mengambil sebuah cincin dengan batu merah delima. Ia kagum dengan betapa cantiknya cincin itu saat tersorot cahaya.

"Itu favorit ibu kamu."

Yoonsang dengan tiba-tiba berada di samping Yeonjun.

Yeonjun menoleh sekilas dan tersenyum. "Cantik, pasti ibu juga cantik kalau pakai ini."

"Bawa aja cincin itu."

"Hm?"

"Kamu bisa simpan cincin itu. Pasti ibu kamu senang kalau benda kesayangannya dibawa sama orang kesayangannya pula."

Yeonjun dan Yoonsang sama-sama terkekeh. Yeonjun kemudian memakai cincin itu pada jari manisnya.

"Tuh kan pas."

Anak itu tersenyum dan mengangguk, "Makasih, ayah."





Rache der Hexe | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang