Svalbard adalah tempat yang menyimpan banyak kenangan untuk San. Dia menghabiskan seluruh masa remajanya di Svalbard. Sudah hampir lima belas tahun sejak terakhir kali San pindah ke negara yang menjadi tempat paling dingin di dunia itu.
Waktu itu San masih berumur sepuluh tahun saat kedua orangtuanya mengirim San untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.
San tumbuh menjadi pria tampan dan bebas seperti hobi yang digelutinya, snowboarding. Svalbard adalah negara yang dikelilingi oleh salju dan juga gunung es yang mempesona.
Tidak banyak vegetative yang tumbuh disana selain beberapa tumbuhan yang bisa bertahan di cuaca yang dingin. Svalbard juga sering menjadi tempat perlombaan dunia untuk snowboarding.
Menjadi satu-satunya pewaris keluarga Arthur, membuat San sangat yakin bahwa apapun hobi dan profesi yang dia inginkan tak akan pernah mengubah takdirnya untuk meneruskan perusahaan keluarga.
Maka San putuskan untuk mengambil jurusan bisnis ketika kuliah dan sepekan setelah kelulusannya, pria itu langsung kembali ke negara asalnya.
Niat awal San adalah ingin langsung menjumpai kedua orang tuanya di pusat ibukota, Belden. Tetapi mendapat kabar jika kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis membuat San merubah haluan untuk mengunjungi villa masa kecil keluarganya di Eastway, kota pesisir metropolitan.
Eastway adalah kota kelahiran San. Tidak banyak yang San ingat tentang tempat itu, selain rumah keluarganya yang sekarang sudah menjadi villa.
Mimpi buruk yang sering datang sejak hari pertama San dipindahkan ke Svalbard tidak pernah reda, tentang seorang gadis berseragam sekolah menengah pertama yang bersimbah darah di penyimpanan jerami rumah keluarga Arthur.
Perasaan itu selalu membuat San gelisah, tapi wajah gadis dengan manik berbeda warna itu tidak pernah lepas dari ingatannya.
Dia mengingatnya, wajah gadis itu, seragam sekolah gadis itu, rambutnya yang hitam dan bentuk mata kucingnya yang lucu.
Semua memori itu membawa San datang ke Eastway tanpa ragu dan perasaan itu pulalah yang kembali mempertemukannya dengan gadis hazel 'Thalassa' yang tengah meneriaki pengendara yang membuang sampah sembarangan dari kaca mobil.
San saat itu berada di taksi tepat dibelakang mobil yang tengah dilabrak Assa. Kejadian itu menimbulkan macet parah, karena Assa beradu mulut panjang lebar dengan pengendara mobil.
Pengendara mobil itu seorang wanita, tidak ingin kalah pula dengan Assa karena sudah kelewat malu jadi bahan tontonan orang-orang. Lalu San berakhir menyaksikan Assa dan pengendara wanita itu beradu duel saling menarik rambut.
Bodoh
Hal pertama yang datang dalam pikiran San saat melihat Assa.
Kenapa ada orang yang mati-matian memasang badan hanya untuk memberi efek jera pada orang lain?
Mata San tidak lepas dari gadis hazel yang kini tengah mengeluarkan kartu pegawainya. Mengatakan jika dia salah satu pegawai di yayasan yang bergerak di isu perubahan iklim.
Saat itulah untuk kesekiannya kalinya San memperhatikan gadis itu, dia semakin menyadari keganjalan yang muncul dihatinya.
San berusaha menepisnya, tapi dia jelas tahu betul bahwa itu tidak ada gunanya.
Gadis bersimbah darah dengan manik berbeda warna yang sering muncul dalam mimpi San, kini tengah berada dalam jangkauan pandangnya.
Thallasa Oslan?!
'Halo?'
Tapi ini bukan suara Assa!
"Mana Assa?!" San tidak bisa menahan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (World for Intuition)
RomanceSeason II dari INNSÆI (The Sea Within) "Kenapa kamu selalu datang bahkan setelah kutolak beribu kali?" Assa "Aku akan selalu disini. Tepat disebelahmu." San