Beberapa menit kemudian saat rasa pegal menyerang lehernya, hal pertama yang membuat Assa tersentak adalah wangi lingen dan musk yang menyerang indra penciumannya. Serta posisinya yang tengah bersandar pada pundak San.
Ketika Assa membuka mata, gadis itu temukan wajah San dengan jarak tidak kurang dari lima sentimeter dari wajahnya dan tengah tersenyum tampan.
"Sialan Harp Seal gila!" Assa berteriak brutal dan mendorong wajah San, sontak mengundang tatapan terganggu dari penumpang lainnya.
"sstt kak Assa" San membekap cepat mulut Assa dengan seringaian yang masih bertengger di wajahnya.
"Kak Assa mimpi buruk?"
Menatap Assa lagi dengan wajah tak bersalah. Assa memukul San main-main karna kesal.
San menanggapi dengan kekehan singkat sebelum melepas bekapannya dari mulut Assa.
Pria arang kembali meraih kepala Assa untuk bersandar pada pundak lebarnya. Assa ingin protes tapi akhirnya menurut juga karna rasa kantuk yang masih belum sepenuhnya hilang.
San mengusap lembut kepala Assa, mencoba senyaman mungkin dengan perlahan menautkan kembali tangan mereka.
"Jadi sepuluh hari?"
Assa sempat terdiam beberapa saat, belum menangkap arah pembicaraan San hingga kemudian pria itu melanjutkan.
"Kencan kita, kak?"
'Kenapa sih jadi bahas ini sekarang?' Assa membatin, tapi dia tidak menolak saat San memandangnya dengan mata menunggu jawaban.
Assa menatap manik yang berbeda warna dengannya itu.
Sejujurnya― Assa sangat takut.
Dibanding takut jika San akan menyakitinya, Assa lebih takut dengan kemungkinan dirinya yang akan menyakiti San.
Mendadak Assa jadi kelu.
Assa tidak punya apapun yang bisa dia berikan pada San. Apa Assa bisa? Bisa belajar menyayangi orang di depannya ini, bahkan selama sepuluh hari?
Bagaimana jika Assa gagal? Assa tidak punya cukup kasih sayang, dia kekurangan.
Pikiran-pikiran itu membuat Assa menjadi sendu, dan hal itu tentu saja ditangkap oleh San.
Bagaimana wajah gadis yang dipujanya itu berubah seperti akan menangis.
'Apa aku salah bertanya?' San dalam hati.
Assa dengan cepat membuang wajahnya untuk menghindari San. Bangkit dari pundak San untuk menjauhkan dirinya.
Kenapa Assa jadi cengeng begini dihadapan San?
San menangkap semuanya dengan manik arangnya. Bagaimana kerutan-kerutan dan gigitan gugup pada bibir Assa muncul tanpa bisa dikontrol setelah pertanyaan itu.
San meraih kembali wajah Assa untuk bersitatap dengannya, kemudian mengecup lembut tangan gadis yang tengah digenggamnya itu.
San ingin menghapus luka apapun yang sudah Assa hadapi. Apapun itu yang sudah membuat gadisnya jadi seperti ini, San ingin melindunginya.
San tidak ingin gagal lagi!
Assa menatap San dengan mata hazelnya yang berkaca-kaca. Entah kenapa suasana berubah menjadi sangat sendu sejak pertanyaan itu muncul dari belah bibir San.
Assa yang terlalu takut, dan San yang butuh kepastian.
Assa tidak bisa menahan air matanya lagi saat San maju dan memeluknya erat. Assa bisa menghirup wangi linen yang entah sejak kapan menjadi hal yang paling bisa menenangkan kecemasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (World for Intuition)
RomantizmSeason II dari INNSÆI (The Sea Within) "Kenapa kamu selalu datang bahkan setelah kutolak beribu kali?" Assa "Aku akan selalu disini. Tepat disebelahmu." San