Tentu San tahu mengenai Denis Edmund, itu karena dia menguping dan mengikuti Assa diam-diam saat bertemu dengan Erwyn sore tadi.
***
Tentu San tahu mengenai Denis Edmund, itu karena dia menguping dan mengikuti Assa diam-diam saat bertemu dengan Erwyn sore tadi.
Pantas saja Assa terlihat sangat sayang pada gelang yang dulu sering sekali membuat San cemburu itu.
San tidak ingin mengatakan hal buruk pada orang yang tidak dikenalnya apalagi seorang yang sudah meninggal tapi baik Deniz masih hidup ataupun sudah meninggal, San tidak akan pernah menyerahkan Assa padanya.
Tidak mungkin San cemburu pada orang yang sudah meninggal kan? Tapi San tetap akan menanyakan ini pada Assa. Kenapa gadis hazelnya itu tidak pernah bercerita? Padahal kan mereka sudah berkencan.
Tapi, kalau dipikir-pikir San juga tidak pernah bercerita banyak hal tentang dirinya pada Assa. Bahkan hingga sekarang Assa juga belum tahu siapa San sebenarnya.
Bagaimana jika seandainya Assa tahu jika San adalah anak dari keluarga Arthur? Teman masa kecilnya? Apa Assa masih akan menerima dia seperti kali ini?
Pikiran itu tiba-tiba saja muncul dalam kepala San dan pria arang itu memilih menepikan diri dari keramaian. Duduk menyendiri diantara karang-karang yang menjulang menghadap langit.
Langit malam sangat cerah dengan satu dua bintang yang menghiasi. Tidak ada bulan, tapi suasana cukup pencahayaan karena kapal-kapal nelayan dan juga pantulan cahaya dari pesta penyambutan yayasan mereka.
"Kamu ngapain sendirian aja?" Suara yang familiar itu menginterupsi San. Itu Assa, mungkin sudah menyelesaikan keperluannya dengan direktur dan pak Pan.
"Aku lagi nungguin kamu." San membalas dengan senyum, mengulurkan tangan besarnya untuk diraih Assa yang berjalan mendekat. Gadiz hazel memilih mendudukkan diri di sebelah San sambil membawa ayam goreng diatas piring.
"Ayam goreng ini kayaknya nggak ada yang makan tadi, makanya aku bawa kesini." Itu maksudnya 'Aku bawain ayam goreng kesukaan kamu, San' tapi dasar Assa memang sulit untuk menunjukkan afeksinya.
"Sini biar aku makan." San sudah cukup tahu jika gadisnya tengah gengsi mengatakan jika sedang perhatian padanya.
"Aku lihat tadi kamu ngobrol sama Erwyn?" Assa mencomot satu ayam goreng untuk dimakan. San sedang menggigit bagian paha ayam dan menggangguk singkat sebagai respon.
"Ngobrolin apa?" Assa agaknya cukup tertarik.
"Yang pasti bukan hal tentang kami bakal jadi teman." San dihadiahi jitakan Assa setelah itu.
"Kenapa sih kamu ini nggak mau temenan sama Erwyn?"
"Kamu tanya aja sama si Wine itu apa yang udah dia ucapin sebagai kalimat pembuka ke aku tadi." Assa mendelik cepat pada San sebagai respon. Erwyn memang kadang kekanakan tapi pria tan yang dikenal Assa sejak remaja itu bukanlah orang yang kurang sopan santun.
"Memangnya Erwyn bilang apa?" Assa balas bertanya. San merotasikan matanya malas, ini akan jadi obrolan panjang pikir San.
"Bukan hal penting, pokoknya itu bukan hal ramah untuk ngajak orang ngobrol." San membalas. Assa terlihat masih tidak percaya.
"Mana mungkin Erwyn begitu?"
"ck terus maksud kamu aku bohong gitu?" San bertanya tidak kala sewot. Pria arang itu sudah menghabiskan paha ayamnya dan membuang tulangnya dengan kasar ke arah laut.
"Bu―bukan! Bukan itu maksudku!" Assa mencoba membela diri.
San menatap gadis disampingnya itu sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (World for Intuition)
RomanceSeason II dari INNSÆI (The Sea Within) "Kenapa kamu selalu datang bahkan setelah kutolak beribu kali?" Assa "Aku akan selalu disini. Tepat disebelahmu." San