"Aku pulang, aku pulang, dan aku bawa tamu." San memutuskan sambungan segera.
***
"Siapa?" Alis Assa menukik tajam, mirip kekasih yang tengah cemburu. Jika saja Assa tahu, ekspresinya saat ini jauh lebih menyeramkan daripada saat San menanyai tentang siapa Pasha.
"Apanya?" San balas bertanya.
"Siapa yang nelfon kamu?!"
"Kamu cemburu?" dibalas seringaian dari San. Assa mencebik tidak suka, gadis itu membuang wajahnya kesal.
"MANA MUNGKIN AKU CEMBURU!" mencoba menyangkal padahal hatinya jengkel setengah mati.
"Kamu cemburu?" San mengulangi.
"AKU?!MANA MUNGKIN AKU―"
"Kamu cemburu!" Seringai San semakin lebar. San menikmati wajah cemburu Assa yang menurutnya berkali lipat lebih imut itu.
"ENGGAK!" Assa masih menyangkal tapi wajahnya malah bertambah kesal.
"Kamu cemburu!" ulang San lagi.
"SIAL SAN!AKU MAU PULANG! AKU TURUN DISINI!AKU―" Assa sudah meraih pintu mobil sebelum San lebih dulu meraih tangan gadis itu dan membawanya untuk bersitatap.
"Maaf maaf haha, jangan pergi ya ampunn" San memeluk Assa, tidak tahan dengan tingkah menggemaskan gadis itu. tapi gadis dipelukannya masih berontak.
"tadi itu Dan." San melonggarkan pelukan mereka. "Dia sepupuku yang datang tadi pagi dari Belden." San berbohong lagi. Bisa repot jika Assa tahu siapa Dan sebenarnya. Barulah setelah itu pergerakan di pelukan San terhenti.
Assa tampak lebih tenang, tidak lagi mirip singa betina yang tengah marah pada jantannya.
"Aku ikut ke rumah kamu!"
"haha iya sayang iya, ayo kerumahku"
***
Assa tidak pernah menduga jika San tinggal di sebuah villa yang cukup besar di Eastway. Itu adalah villa keluarga yang damai dan hijau dengan kolam renang dan garasi besar di luar. Hanya ada motor yang biasa San pakai terparkir di garasi dan selebihnya villa itu terlihat sepi dan besar hanya untuk ditinggali San seorang.
"Ini Villa keluargaku." San menangkap wajah bingung Assa sejak mereka tiba dari tadi. Assa mengangguk singkat sebagai respon. Di dalam hati gadis hazel, dia masih bertanya-tanya apa sebenarnya pekerjaan kedua orang tua San hingga bisa memiliki villa keluarga sebesar ini.
Timbul niat untuk menanyakan lebih jauh tentang San dan keluarganya. Assa hanya merasa, semakin dia mengenal pria arang itu, maka semakin banyak ketidakcocokan diantara mereka. Apa Assa harus segera menyudahi ini?
"San, kamu itu sebenarnya―"
"San?" Baik Assa maupun San menoleh pada sumber suara.
Seorang pria tinggi datang menyusul mereka sambul menggunakan apron biru laut. Itu terlihat sangat tidak serasi dengan tubuh tegap dan wajah kaku pria itu.
Assa untuk sejenak sedikit terkejut melihat pria yang datang dari dalam rumah. Ini pastilah Dan, sepupu San. Mereka tidak terlihat mirip tapi sama-sama tampan dan berbadan besar.
Begitu pun Dan, untuk pertama kali dalam hidupnya dia melihat San tersenyum secerah mentari pagi dan jika Dan bisa menebak penyebabnya, itu pasti seseorang yang berada di samping pewaris tunggal Arthur itu. Gadis tan dengan pipi mochi dan iris bewarna hazel.
"Halo Dan! Kenalin ini Assa. Assa kenalin ini Dan, sepupuku." Dan dapat melihat dengan jelas bagaimana San membuat penekanan pada kata sepupu diiringi kerlingan mata yang pasti luput dari perhatian gadis bernama Assa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (World for Intuition)
RomanceSeason II dari INNSÆI (The Sea Within) "Kenapa kamu selalu datang bahkan setelah kutolak beribu kali?" Assa "Aku akan selalu disini. Tepat disebelahmu." San