"Ayo kencan selama sepuluh hari!"
***
"Ayo kencan selama sepuluh hari!"
Wajah tersipu San secepat kilat berangsur muram.
San harusnya sudah tahu ada yang salah dari sikap Assa. Wajah pria yang tadi hampir semerah tomat itu mendadak gelap dan memunculkan perempatan.
"Sepuluh hari?! Terus gimana setelah itu?!" San tidak bisa menahan rasa kesalnya. Dia sudah tidak lagi duduk menghadap Assa. Handuk kecil yang tadi dia gunakan untuk membalut pergelangan kaki Assa sudah terlempar entah kemana.
Kepala Assa yang sekarang gantian terdongak keatas ketika pria arang itu berdiri menjulang dihadapannya. Assa bisa melihat jika rahang pria itu mengeras, menahan kesal.
"Setelahnya―" ada jeda cukup lama. "Setelahnya biar kita lihat gimana setelah sepuluh hari itu."
"Kamu pikir perasaan aku ini main-main ya?!" nada San naik, ini jauh lebih menyeramkan dari terakhir kali dia membentak Assa di depan apartemen gadis itu.
San merasa dihina, perasaannya dipermainkan. Apa Assa benar-benar melihat perasaannya hanya lalu saja?
Apa-apaan dengan sepuluh hari itu?!
"Apa kamu pikir perasaanku ini cuma sepuluh hari?! Assa tolong! Kamu bisa-bisanya!" San benar-benar lepas Kontrol, matanya merah dan urat-urat muncul dari buku-buku tangannya menahan kesal.
Assa menatap kedua manik berbeda warna dengannya itu. Masih saja, Assa tidak bisa mengerti San.
'Mungkin San hanya penasaran saja denganku?'
'Jadi mari biarkan San menikmati ini hingga dia bosan lalu pergi.'
'Tapi ini tidak terlihat seperti San sedang main-main'
"San" Assa mencoba meraih tangan San tapi segera ditepis oleh San.
Assa bisa lihat bagaimana mata arang yang selalu menatapnya penuh damba itu tengah kecewa. Dada San naik turun, mungkin berusaha menahan emosi yang tengah membuncah di ujung ubun-ubunnya.
"San." Assa mencoba mengulangi, walaupun San sudah benar-benar menjaga jarak seperti tidak ingin mendengarkan apapun lagi dari mulut gadis hazel.
Wajah Assa tertunduk, apa harusnya memang dia tidak mengucapkan hal itu tadi?
"Assa, kalau kamu memang nggak suka aku seenggaknya cukup tolak aku. Tapi sepuluh hari? Perasaanku kamu hargai sep―"
"SAN!"
Pria yang dipanggil mendadak bungkam.
Wajah gadis hazel terangkat dengan manik yang sudah berlinang air, tidak ada yang bisa San rasakan selain belati yang menyerang dadanya.
Assa menangis!
"San! Tolong dengerin aku, hiks―sekali ini aja. Ini nggak mudah, ini nggak mudah hiks―buat aku. Aku nggak terbiasa hiks―aku takut aku nggak terbiasa dengan semua afeksi kamu. Hiks―aku cuma mau hiks―coba dengan kamu, mungkin sepuluh hari―sepuluh hari! Kamu harus tau aku juga takut! Takut kalau aku nggak cukup untuk semua rasa sayang kamu! Atau kamu yang mungkin bakal pergi! San aku hiks―aku―"
San dengan cepat merengkuh tubuh kecil yang tengah sesengukan di depannya. Semakin Assa melanjutkan perkataan itu semakin sakit selatan dada San, itu berdenyut perih.
"Shhh shhh" hanya itu yang bisa San katakan, Seluruh kata yang ingin diucapkannya tadi tertahan di tenggorokan karena rasa sesak yang muncul tanpa bisa San cegah.
San bisa merasakan jika Assa masih sesengukan di pelukannya, gadis itu gemetar hebat dan itu membuat San semakin mengeratkan dekapan meraka.
Tanpa diduga, tangan Assa naik memeluk erat tubuh tegap San. Menyembunyikan wajahnya yang sudah banjir airmata. Untuk pertama kalinya gadis itu menangis di depan San dan untuk pertama kalinya pula Assa membalas pelukan San.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (World for Intuition)
RomansaSeason II dari INNSÆI (The Sea Within) "Kenapa kamu selalu datang bahkan setelah kutolak beribu kali?" Assa "Aku akan selalu disini. Tepat disebelahmu." San