03

2 1 0
                                    

San disana, berpakaian kasual serba hitam dan membawa tiga kotak sarapan pagi. Assa hampir melotot saat adiknya Pasha bangkit dari duduk dan menyambut San.

"Dia―tamu kamu?!" Assa hampir saja berteriak jika tidak ingat sedang di rumah sakit.

Pasha mengangguk mengiyakan.

Sejak kapan Pasha kenal San?!!!!

***

"Pasha! Nggak boleh! Kamu apa-apaan bawa orang asing masuk!" Ada perubahan pada ekspresi San saat dia mendengar kalimat 'orang asing' keluar dari mulut gadis hazel.

"Kak, ini tamuku. Aku kenal kak San." Assa akui jika dia tidak suka dengan respon yang diberikan Pasha.

Ada beribu pertanyaan yang tersangkut di tenggorokannya tentang kedekatan adiknya dengan San. Tapi semua itu dia telan karena sekali lagi, Assa tidak ingin berurusan dengan San lebih jauh.

Pria arang itu masih berdiri didepan pintu kamar, Assa bisa melihat dengan jelas bahwa lingkaran hitam ada di bawah mata San yang terlihat lelah.

Masa bodo!

Gadis hazel menjadi semakin jengkel. Dia berusaha sebisa mungkin menghindari tatapan San yang terus terarah padanya.

"Kak San, ayo masuk." Itu Pasha, kelewat ramah dan membuat kejengkelan Assa menjadi berkali lipat.

"Apa kamu pikir ini lucu HAH?!"

"Kak, tolong jaga suara kakak. Bunda lagi sakit!" Pasha menginterupsi.

Assa memijit pelepisnya kesal. Amarahnya sudah sampai diubun-ubun.

Gadis hazel itu ingin pergi dari ruangan, tapi San lebih dulu menghalanginya di pintu keluar.

"Kak Assa, aku bawain sarapan." San mengangkat tiga kotak sarapan pagi lengkap dengan teh hangat.

"Makan sendiri sana!" Assa berusaha mendorong tubuh besar San yang menghalanginya.

"Aku nggak mau ini jadi food waste, karena aku nggak bisa ngabisin bagian kak Assa." San menyodorkan kembali tiga kotak sarapan itu kehadapan Assa. Seakan memberitahu jika itu akan pemicu perubahan iklim jika Assa menolaknya.

Gadis hazel melempar death glare pada San sekali lagi, Pipi mochinya memerah karena menahan marah. Ini adalah hal yang sangat sangat San rindukan.

Wajah marah Assa.

Assa masih saja kesal tapi menjadi sedikit lebih lunak karena peringatan San soal food waste. Gadis itu menarik paksa satu kotak sarapan pagi dari tangan San dan berlalu keluar.

Assa membuat gesture seolah tidak sudi makan seruangan dengan San.

Pintu ruangan tertutup dengan suara berdebam yang membuat Pasha sedikit berjengit kaget. Dia sejak tadi hanya berdiri saja, terlalu heran dengan tempramen kakaknya yang menjadi sangat tidak terkendali ketika melihat San.

"Apa kak Assa selalu gitu kalau ketemu kak San?" tanya remaja safir sambil mengambil satu kotak sarapan pagi dari tangan San. Mereka berdua duduk berhadapan di dekat ranjang bunda Pasha.

"Pernah lebih buruk dari itu." San teringat kejadian Assa meneriakinya saat San melempar handpone Assa terakhir kali.

Pasha terkekeh singkat sebagai respon.

"Kalian dekat ya?" membuat San mengerling bingung karena pertanyaan itu.

Dekat?

San terlalu bingung mendeskripsikan hubungannya dengan Assa, itu tidak terlihat dekat karena sepertinya hanya San lah satu-satunya yang selalu mengejar gadis hazel itu.

INNSÆI (World for Intuition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang