Dedaunan pada pohon melambai mengikuti arah angin yang tersapu oleh tekanan. Mengikuti ritme naik turun meskipun pada akhirnya terjatuh ditanah. Aliran air yang berbunyi nyaring, cicitan burung yang hendak pulang kerumah, ini adalah sebuah karya indah yang diciptakan sang penguasa.
Yoko duduk ditanah, jemarinya sibuk mencontoh gambar milik yuma pada kanvas kosong yang diberikan. Laki laki itu sedang mengajarinya membuat pemandangan yang menurutnya paling mudah. Dengan referensi danau yang ada didepan mereka.
"Tanganmu jangan kaku, nanti dahan dan ranting pohonnya terlihat tegang." Yuma memperingatkan sembari melihat lukisan yang sedang yoko buat, untuk pemula lukisannya sudah lumayan bagus, hanya butuh beberapa olesan lagi.
Mengikuti interuksi yuma, yoko mencoba melemaskan jemarinya, namun yang ada malah tidak bisa bergerak, tenaganya benar benar dihabiskan dan itu malah membuat lukisannya tercoret.
"Haha..."
Terdengar tawa dari laki laki disampingnya, alis yoko menekuk, sial dia diejek lagi. Mau dengan kei.. ataupun dengan yuma.
"Aku tidak ahli..." yoko menyeret suaranya persis seperti anak kecil yang sedang merengek.
Yuma berhenti tertawa dan tersenyum.
"Jangan berkata begitu...semua orang punya waktu untuk belajar hingga jadi ahli."Yuma mengambil kuas pada yoko, namun bukan hanya benda itu yang diambilnya, tapi jemari yoko juga. Dengan posisi tangannya berada diatas tangan sang gadis, lantas gemulai bergerak sesuai arahannya.
Yoko pun tak dapat berkutik, hatinya berdesir panas begitu pula telinganya, tapi pada saat itu pula, lukisannya dan juga yuma perlahan membaik, coretan tadi pun menghilang, hah..memang luar biasa sekali orang orang yang pandai melukis ini.
"Begitu...kamu mengerti kan?"
Yuma melepas tangan sang gadis, menatapnya dengan tatapan lembut. Saat itu juga yoko baru menyadari jika laki laki disampingnya ini begitu manis dan tampan hingga membuatnya melupakan apa seharusnya ia pelajari.
"Eh..?ah...ya ya aku mengerti." Dia menyengir dengan kebohongan kecil. Tak apalah sesekali.
"Lanjutkanlah..."
Sang gadis kembali melanjutkan, meskipun begitu tapi dia setidaknya tahu bagaimana cara mengurangi ketegangan pada jemarinya. Suasana disini pun benar benar menambah kegembiraan hati, meskipun tak ada musik yang menemani, tapi alam lebih baik dalam bernyanyi.
"Nah yoko.. apa kamu tahu cerita kereta tua didalam?"
Yoko mengalihkan perhatian.
"Ya?jatuh karena longsor bukan?"