bab 8

23 3 0
                                    

Sepatu bewarna hitam berjalan diatas tanah kering yang menghantarnya pada gerbong sebuah kereta. Langit mendung mengepul diawan pertanda hujan akan turun. manalagi, angin berseliweran tak mau kalah dan akan membawa hujan naik ketingkat berikutnya,

Hujan badai.

Laki laki itu duduk didekat pintu masuk, semuanya beralasan sebab kursi lain sudah dipenuhi oleh penumpang. Dia adalah penumpang berstatus pelajar sekolah menengah atas yang setiap hari melakukan perjalanan menggunakan kereta.

Suara bayi menangis dari gerbong depan terdengar jelas, bahkan menjadi alunan melankolis yang menimpa hati penumpang lain saat melakukan perjalanan.

Perasaan risau tak dapat ditutupi kala masinis membawa mereka pulang.

Seperti perkiraan diawal, hujan badai benar benar turun membasahi bumi. Pepohonan bergoyang dengan begitu dramatis kala angin menyapu mereka dan melawan arah.

Kerutan alis dan perasaan risau semakin tertekan. Tangan laki laki itu menggenggam tasnya dengan begitu erat. Cahaya aneh muncul pada ujung jalan kereta.

Apa itu?

Elemen elemen bumi lantas  saling bertubrukan pada tempatnya dan dalam waktu yang singkat.  Sebuah elemen mengalah demi keegoisan elemen lain. Tanah tak kuasa menahan angin dan air yang mengalir deras melalui pori porinya. Saat transportasi yang mengandalkan rel sebagai jalurnya itu melintas, saat itu pulalah tanah bertebing yang dinamakan bukit itu menyerah atas keadaannya.

Kecelakaan tak dapat terelekan. Kereta  berguling sampai kebagian bawah dan jatuh sedikit dekat dari danau penunggu hutan. Beberapa raga berserakan diluar kereta, berada pada keadaan begitu mengenaskan. Ada yang meminta tolong, menangis, berteriak, bahkan menanyakan dimana salah satu anggota tubuh mereka yang menghilang entah kemana.

Laki laki itu terlentang setelah terlempar dan terjepit beberapa kali oleh beban kereta. Nafasnya memburu tak kuasa menahan paru paru yang seperti tak berfungsi. Matanya menghadap keangkasa luas, guyuran rintik air yang begitu deras masih menemani saat terakhirnya dan jatuh pada wajah yang mulai kehilangan serinya.

Hati itu, ia memanjatkan doa terdalam kala malaikat maut menghampiri dirinya.

Hati itu, ia memanjatkan doa terdalam kala malaikat maut menghampiri dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati yoko begitu jatuh kebagian titik terdalam kesanggupannya. Laki laki berambut coklat berada disamping, dengan ditopang tubuh yang lebih kecil sembari berjalan diantara dedaunan gugur yang memerah.

Mereka berada dijalanan setapak menuju bukit, rumah yuma ada disana dan menjadi tempat tujuan.

Yoko berjalan dan melihat yuma berkali kali, memastikan bahwa laki laki itu masih berada dalam kesadarannya untuk bisa sampai kerumah.

Saat tiba diatas bukit, rumah dengan dinding kayu terlihat didepan mata. Semak semak mengitari rumah yang sunyi, kaki yoko mendadak melemas, tapi hatinya bertekat membawa laki laki itu kembali kerumah.

kereta tuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang