Catatan penulis : sebelum membaca bagian ini, saya berharap agar pembaca mencari ketenangan terlebih dahulu, atau tidak melanjutkan karena ini mengandung adegan kekerasan!!!
__________________________________________
[Atas izin garis kehidupan, dia kembali mengulang ceritanya pada elemen tanah bumi.]
Langit dipenuhi awan gelap berkerumun menghalangi tanda tanda sinar matahari. Angin bertiup kencang dan begitu dingin, bertiup melalui jalanan kosong dan disela sela dedaunan hijau. Beberapa ranting dan dahan patah secara perlahan karena tekanan.
Aku duduk dikursi belajarku. Kepalaku seperti akan pecah karena memikirkan ujian tengah semester yang selalu kutakuti. Baru saja tadi kejadian, aku pulang dan ibuku memarahiku karena nilai yang turun. Aku juga bingung dengan diriku sendiri, kenapa aku tak bisa konsisten dalam menjaga nilai seperti para anak anak pintar yang lain?
aku seperti kapal yang sedang berlabuh dan terombang ambing.
Tak mau memikirkan ke stress-an berkepanjangan. Aku mencari buku matematikaku didalam tas, berusaha belajar giat agar nilaiku tak turun lagi. tapi mau di dalam tas ataupun di rak, buku itu tidak ada.
Apa tertinggal?
Aku dengan sontak segera memukul keningku sendiri. Mengumpati diri karena diberkahi dengan watak pelupa yang apabila ada alat pengukurnya dapat dikatakan kronis.
Dengan malas aku pun berdiri, melirik kelangit yang sebentar lagi akan dituruni hujan. Jam weker menunjukkan pukul 17:15, sebentar lagi malam akan tiba. Tapi itu tak masalah, sungguh! aku lebih baik diguyur hujan daripada diguyur amukan.
Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar, berjalan dengan langkah yang begitu pelan. Kalian jangan heran kenapa aku begini, aku hanya takut jika membuat suara yang besar dan justru menambah amarahnya yang berkobar.
[Dua tahun semenjak peristiwa 24 mei 1986 dan 1987. Pelaku pembunuhan belum juga ditemukan, akankah peristiwa itu akan terulang kembali hari ini?]
Aku berdiri dibelakang sofa yang duduki oleh ibuku. Dinding kayu bergaya eropa klasik adalah bentuk istana tuaku.
Kulihat kearah pandangan ibuku, benda kotak dengan layar bewarna hitam putih telah menjadi hiburan, wanita paruh baya itu tengah menyaksikan berita ditelevisi mengenai pembunuhan '24 mei' , dan itu merupakan peristiwa yang begitu meresahkan masyarakat.
Bagaimana tidak? korbannya selalu ditemukan dengan kondisi tak wajar. Apalagi hari ini adalah tanggal 24 mei.
"Bu, saya mau kesekolah dulu ya, mau mengambil buku yang tertinggal."
Wanita paruh baya itu menoleh kearahku dengan pandangan tak suka. Aku tahu sebentar lagi dia akan--
"Bodoh sekali! Kenapa kau selalu melupakan hal hal kecil dan--"
"Maaf bu, saya akan segera pulang..."
Aku tahu aku lancang, memotong pembicaraan orang tua yang sedang menasehatiku. Tapi hari ini aku sudah cukup menerimanya.
Aku naiki sepedaku untuk mempercepat perjalanan. Angin dengan ganas menerbangkan dedaunan mati yang ada dipohon. Kilat dilangit mulai menampakkan kuasa.
aku takut!
Tapi aku tak boleh merasakan perasaan itu!
Saat sampai disekolah, aku langsung berlari menuju ruangan kelas dilantai dua, kelasku terletak diruangan paling ujung sehingga memerlukan tenaga untuk berlari lebih banyak.