Pagi cerah kembali tiba dengan udara musim gugur yang segar, dadaunan bewarna orange dan merah berterbangan jatuh di tanah. Sinar matahari masuk memalui celah celah ranting yang bergoyang. Yoko sudah selesai sarapan pagi, dia duduk diruang tamu sembari memasang sepatunya dan mengikat simpul tali berbentuk pita. Sang ibu kemudian datang membawakan dua kotak bekal yang berisi nasi dan kue. Jika kamu bertanya kenapa ada banyak bekal, jawabannya karena itu tak cukup sebab yang makan bukan hanya yoko sendiri. Kamu tahu kan siapa?
"Nah bekalmu, jangan lupa dihabiskan!"
Wanita paruh baya mencium lembut pipi sang gadis, menaruh dua kotak bekal itu kedalam tas bewarna coklat sembari mengelus rambut dengan warna yang hampir senada.
"Terima kasih...bu, yoko pergi dulu."
Ibunya mengangguk. Sang gadis pun memberi senyuman dan langsung keluar untuk berangkat kesekolah. Tapi didepan rumahnya, sudah ada seorang laki laki bersurai blonde yang menunggu.
"Kei, Kenapa kau ada disini?"
Yoko berjalan mendekat dengan ekspresi bingung,
"Menjemputmu lah, apalagi?"
"Jarang jarang sekali."
"Kenapa? Apa tidak boleh?"
Sang gadis lantas menyengir dan menggeleng. Laki laki ini memang suka sekali membuatnya kaget akan tingkah lakunya yang diluar nalar, jadi tanpa perlu berfikir menanyakan alasan lain, yoko langsung menaiki jok belakang dari sepeda kei.
"Sudah siap menempuh perjalanan bersamaku nona?"
"Siap kapanpun itu tuan."
Senyuman merekah diwajah kei. Ayuhan sepeda kemudian melaju dengan kecepatan sedang, niat lain terselubung disana untuk terus bersama sang gadis. bel masuk juga masih lama pikirnya, berduaan sebentar boleh kan?
"Jika sudah besar nanti, kau mau jadi apa?" Kei bertanya, hitung hitung mencari topik pembicaraan baru dipagi hari yang cerah bersama sang gadis bermata hazel.
"Aku mau jadi pianis."
"Kenapa?"
"Menurutku, bermain piano itu sama saja seperti mencurahkan isi hati. Jadi Aku bisa bercerita sekaligus menyenangkan orang lain."
Kei ber-oh ria. Tak dapat dipungkiri bahwa si teman sebangkunya ini memang pandai bermain piano. Jika sedang ada tamu disekolah, yoko sering diminta untuk menunjukkan kemampuannya diatas panggung. Banyak orang terpukau dengan penampilannya, tak terkecuali kei.
"Kau, besar nanti mau jadi apa?" Yoko bertanya balik.
"Suamimu."
"Halu!"
Yoko menepuk lembut punggung sang laki laki sambil tersenyum. Siapa sih gadis yang tidak tersipu jika tiba tiba seorang laki laki yang notabenennya sudah dekat tiba tiba berbicara begitu? Biarlah meski dia hanya bercanda.
"Hei dengar! mimpi itu berawal dari halu tau!" Kei tertawa riang, hatinya begitu senang.
Saat sampai disekolah, kei memarkirkan sepedanya lalu menyusul yoko yang sudah melangkah duluan menuju kelas.