5

85 13 3
                                    

JANGAN MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩

Vote dan komen kalian adalah semangat author
Semakin kalian spam next semakin author cepat up!
So, mari berkomentar!!!
.
.
.
"Kasih yang kubuat terluka tanpa sengaja"

Neithen menahan langkahnya begitu melihat sang gadis di depan kedai miliknya. Terkejut tentu dirasakan oleh keduanya. Menatap tanpa berucap adalah hal yang Neithen lakukan, begitupun dengan Nara.

Wajah panik terlihat jelas Neithen tunjukkan. Perlahan ia menurunkan tatapannya, lalu hendak melangkahkan kaki untuk memutar arah. Namun Faida melihatnya sehingga berkata, "Ney, ngapain berdiri di situ? Tante laper. Buruan!"

Kebenaran tidak bisa lagi disembunyikan. Tanpa menghiraukan sang gadis Neithen berjalan melewatinya. Nara tentu sangat bingung dengan panggilan Faida yang menyebut dirinya dengan sebutan 'Tante'.

Di parkiran sana Mesya justru terkejut karena sahabatnya tidak tertangkap oleh matanya. Lantas ia menoleh ke sana-kemari hanya untuk mencari sosok gadis itu.

"Na! Nara, lo di mana?" terlihat cukup panik Mesya memutar bola matanya. Pada akhirnya ia kembali ke kedai dengan sedikit berlari.

"Nara!" panggilnya begitu sang gadis yang dicarinya terlihat sedang bengong ke arah kedai.

Sontak Nara menoleh ke arah suara. Seperti orang kebingungan, Nara tak bercakap apa-apa.

"Lo ngapain masih di sini? Gue pikir lo hilang," celetuk Mesya. "Buahnya kurang?" tanyanya seraya menoleh ke arah kedai, kemudian ia terdiam dan bergumam, "Ne–Neithen."

"Ayo!" ajak Nara melangkah meninggalkan kedai. Kini Mesya yang justru kebingungan. Melihat kembali pada Neithen, laki-laki itu tampak berwajah datar. Mesya kemudian berlari mengejar Nara yang sudah tak lagi tertangkap mata.

"Kamu kenal mereka?" tanya Faida sembari membuka nasi bungkusnya.

"Temen kampus," jawabnya cukup singkat.

"Ooh, temen-temen kamu. Kenapa nggak kamu sapa? Malah diliatin doang."

"Besok aku nggak bisa jaga kedai dulu. Dari kampus langsung ke ESCA," tuturnya mengalihkan pembicaraan.

"Ada pertandingan?"

"Cuma uji coba."

ESCA atau El Stadium la CampusA adalah sebuah lapangan khusus sepakbola yang dimiliki oleh kampus tempat di mana Neithen dan kawan-kawan menempuh pendidikan.

Untuk mencapai tujuan biasanya Neithen menaiki angkutan umum, atau lebih sering dijemput oleh teman-temannya; Varen dan Nesta.

Seperti sekarang ini, selesai dari makan siangnya yang kesorean itu, ia langsung bergegas meninggalkan kedai dan pergi untuk berlatih. Berdasarkan kabar yang didapatinya, kedua temannya telah berada di lokasi lebih dulu.

Tentang mimpi dan kasih. Tema itu rupanya belum selesai ia tulis. Entah tentang apa, yang pasti banyak harapan yang tercatat di sana. Di dalam angkot ia membuka kembali bukunya.

Banyak sekali mimpi yang sedang kuperjuangkan. Meski duniaku hancur berantakan, namun mimpi itu tetap harus kuwujudkan...

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang