3. Nomor tidak dikenal

82 30 32
                                    

"Kesempatan selalu ada untuk mereka yang siap menunggu waktunya tiba." -dill-

" -dill-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Dering ponsel meraung, menampilkan deretan angka tanpa nama yang artinya nomor itu tidak ada di kontak Ishaura.

Ishaura yang masih lelah membiarkannya beberapa saat, malas melangkah. Ponselnya ia tinggal di sofa kamar rumah sakit Erlita. Sedangkan Ishaura merebahkan diri di samping Lita, meregangkan tubuhnya, menggeliat seperti cacing.

"Aaahh, malas melangkah." Katanya sebelum nada telepon itu berhenti.

Sesaat,

Dan meraung lagi.

"Itu pasti si bawel Sagita. Awas saja kalau dia memaksa aku lagi, aku blokir nomornya." Dengan sangat terpaksa Ishaura menghampiri sofa, merebahkan diri di sana dan mengangkat telepon itu, lesu.

"Ya,"

"Apa itu kamu?"

Hah apa sih gak jelas banget.

"Ini siapa, ya?" tanya Ishaura bingung.

"Aku mengirim foto, bukalah! Apa itu benar kau?"

Ishaura yang takut tak berani membuka kiriman dari seseorang itu, suaranya laki-laki, bukan Sagita.

"Orang aneh meneleponku, aku harus apa?" tanya Ishaura dengan nada berbisik pada Lita.

Lita hanya mengangkat bahunya, tak tahu harus apa.

"Hello,"

"Sebentar, Pak." kilah Ishaura mengulur waktu,

Ishaura semakin takut, dan memberikan ponselnya pada Lita. Menyuruhnya membuka file yang katanya foto itu. Berdalih takut seperti yang viral waktu itu tentang orang aneh bin gila yang suka mengirim foto tidak senonoh. Isi kepala Ishaura sewaspada itu. Lebih baik Lita saja yang buka, dia kan sudah menikah.

"Foto apa sih ini?" Lita membuka file itu dan mencoba melihatnya dengan saksama, "Kayak orang loh ini," Lita zoom foto itu.

"Loh, ini kan lobi Newton." Ishaura merampas ponsel miliknya dan melihatnya.

Benar,

Itu lobi kantornya.

Lalu?

"Matiin, tutup teleponnya dulu, Ra." titah Lita. "Ambil ponselku di nakas, coba." Ishaura menurut.

Lita mengetik nomor itu di ponselnya, mencarinya.

Pak Ardi CEO

"Kamu tadi kerja di lantai berapa, Ra?"

"Aku..."

Lantai satu lobi kantor cat putih, lantai dua cat biru, lantai tiga cat hijau, lantai empat cat kuning, lantai lima cat merah.

Lean On Me (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang