5. Pradana and the Plans

59 28 33
                                    

"Teruslah melangkah walau sulit. Jika diam, kamu akan tertinggal." -dill-

" -dill-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Pagi ini Ishaura memulai harinya dengan melaksanakan kewajibannya, menemui seseorang sesuai janji kemarin. Naik ke lantai empat, ruangan Pradana sang GA.

Namun setelah beberapa saat dia mengetuk pintu kaca yang semua bagiannya termasuk jendela masih tertutup vertical blind gorden, tidak ada jawaban. Akhirnya dia berinisiatif membukanya sedikit, mengecek apa Pradana ada di dalam atau tidak.

Sesaat setelah dia berhasil menyembulkan kepala melongok ruangan itu, dia mendapati Pradana yang sedang asyik bersenandung. Tidak, itu seperti konser. Ishaura mematung, dahinya berkerut sempurna, heran.

.


~Kuuuurang apakah~
~Yaaa, aku ini?~
~Baik sudah, ganteng juga sudah~
~Di matamu~
~Musim hujan kepanasan~
~Musim panas kehujanan~
~Pantaslah saja diriku~
~Slalu dalam keresahaaaaan~

.


Dia sedang patah hati? Se-pagi ini?

Ishaura menahan nafas dan tenggorokannya terasa tercekat, inisiatifnya untuk membuka pintu sebelum ada komando untuk boleh masuk berujung petaka.

Pradana terlalu asyik berdendang sambil merapikan mejanya yang tampak terserak oleh beberapa lembar kertas dokumen sampai tidak mendengar ketukan pintu.

Dengan perlahan Ishaura mencoba mengembalikan kepalanya pada posisi seharusnya setelah hampir semua bagian kepalanya menyembul ke ruangan sang GA itu.


Tapi,


Derit sol sepatu Ishaura mengacaukannya.
Sekarang mata Ishaura dan mata Pradana saling menatap. Sama-sama kaget dan malu dengan apa yang mereka berdua lakukan. Pradana yang kepergok nyanyi dan Ishaura yang kepergok mengintip. Mereka berdua kalang kabut dengan kecerobohan masing-masing.

Beberapa saat, mereka membeku dalam posisi sama.

Sampai kemudian Pradana berdeham dan meminta Ishaura masuk dan duduk. Ishaura juga meminta maaf atas perilaku tidak sopannya tadi.

“Aduh maaf banget ya, saya pasti gak denger kamu ketuk pintu.” Ishaura mengangguk maklum.

“Ini,” Pradana memberikan selembar kertas berisi denah ruangan di lantai lima dan meminta Ishaura memahami letak ruangan dan orang yang mengisi ruangan tersebut. “Biar gak nyasar pas nanti di suruh cepat. Kan bahaya kalau kamu telat, orang penting sangat menghargai waktu mereka.” terang Pradana.

Lean On Me (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang