10

74 6 0
                                    

Kini jam menunjukkan pukul 12 malam, Regan tampak mengerjapkan matanya yang sangat berat untuk terbuka

Netra coklat tua itu menelisik setiap sudut ruangan

Mencoba untuk duduk dari berbaring nya, Regan tampak meringis, merasa perih di sudut bibirnya

"Sialan"

Saat sudah duduk dengan sempurna, Regan mengumpat tertahan, luka nya benar benar sakit apalagi di bagian perut dan dadanya

Menetralkan nafas nya yang tampak tersendat sendat, sembari mengelus area dada nya yang nyeri

"Jangan sakit lagi plis"monolognya pada diri nya sendiri

Dirinya bangkit, dan berjalan ke luar ruangan dengan perlahan

Tujuannya saat ini adalah, kamar nya yang berada di sebelah tengah antara ruang kerja bara dan kamar Alana

Melangkah kan kakinya perlahan masuk ke dalam kamarnya

Menutup pintu, dan tidak lupa menguncinya, Regan berjalan sempoyongan ke arah kasur nya yang selama ini di tinggalkannya

Merebahkan dirinya dengan posisi terlentang, supaya dada nya tidak semakin sakit lagi

"Lelah, ingin menyerah"

"Bund, Regan bilang sama Alana buat gak nyerah, tapi Regan sendiri yang pengen nyerah, jujur, akhir akhir ini, dada Regan sering sesak bunda"ucap Regan dengan suara yang bergetar, bahkan air matanya sudah meluruh dengan derasnya

Bahkan untuk berbicara saja Regan sudah tidak sanggup, dadanya kembali sesak, entah karena apa

Memilih memejamkan matanya, dan menyusuri alam mimpinya, berharap semua rasa sakit yang ia tanggung akan menghilang dan tak pernah kembali

-----_-----_------_------_-------_-------_---------_---------------_---------_--------_-------_--------_--------_---


Alana Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang