Tidak terasa, waktu berlalu melintasi rasa, sudah seharian penuh Alana bermain di tempat bila
Untuk sejenak ia dapat menghilangkan beban pikirannya
Waktu menunjukan pukul 9 malam, ia harus pulang, dan mengistirahatkan tubuhnya yang melayang
Di bawah sinar rembulan, Alana mengendarai motornya sembari terus terbayang angan angan
Di tengah gelapnya malam, rembulan tampak menyinari bumi di temani Kilauan bintang
Selain matahari yang menyinari ada bulan yang siap melindungi, dengan cahaya nya yang begitu terang, melindungi setiap jiwa yang hilang
Dan ribuan bintang yang juga melindungi jiwa yang terbang
Terus mengendarai motornya, kini Alana sudah sampai di pekarangan rumahnya, menyapa dengan senyuman indahnya, pak penjaga yang membukakan gerbang untuk nya
Alana memandangi rumahnya, rumah ini adalah saksi betapa tersiksanya diri ini
Masih terbayang bagaimana sakitnya di caci maki, di pukuli, oleh ayahnya sendiri, bukan ya di sayangi, raga ini malah menerima luka yang tak bertoleransi
Alana tersenyum bangga, itu artinya ayahnya memang menyayanginya bukan? Meski caranya yang menyakiti tapi hatinya tak Setega itu menyiksa anak nya sendiri kan?
Di masuk kan nya motor yang selalu menemaninya ke dalam bagasi rumah nya
Kakinya yang gemetar di paksa untuk berjalan memasuki rumah nya
Ia meyakinkan dirinya, bahwa rasa sakit tak akan pernah muncul lagi padanya, percayalah Tuhan sudah mengatur jalan takdirnya
Perlahan Alana mulai memasuki rumahnya, keadaan saat itu sangat. Gelap gulita, tidak ada pencahayaann sedikit pun
Alana muali berjalan, meraba sekitarnya untuk menemukan dimana saklar lampu itu berada
Puk
Prangg
Alana terduduk sembari memegangi kepalanya yang tampak mengeluarkan darah
Se tetes darah dari kepalanya Mulai mengotori baju seragamnya
Click
Tiba tiba lampu menyala sangat terang, sedikit mengganggu di indra penglihatan nya
Prang
Prang
Prang
Puluhan piring yang terbuat dari kaca berjatuhan di atas kepalanya, ia mendongak guna melihat apa yang telah terjadi saat ini
Matanya menjadi sayu, senyuman miris Alana tunjukan untuk, bara yang tengah melempari nya dengan puluhan piring piring kaca itu
Tangan nya sudah terdapat banyak darah, begitu pula dengan kepalanya yang begitu banyak mengeluarkan darah
Darah meluncur melewati matanya, memejamkan erat netra indahnya agar tidak kemasukan darah

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana Dan Lukanya
Roman pour AdolescentsAku, sekarat Angin berhembus kencang, menembus kulitku yang malang,suara suara yang mencekam kembali terekam dalam ingatan, senyuman yang pernah ku tunjukan kembali sirna di telan pahitnya kehidupan Aku sekarat, jiwaku tersesat di dalam gendangan...