14

726 47 13
                                    

Hai, up lagi nih.

Hehe 😅

Btw.... Kent sama Zend belum muncul ya kayaknya?

Seru nih kalau di munculin....

Hm, masih ingat nih cerita kan?

Atau jangan-jangan dah pada lupa lagi?

Jujur, Syaa mau buat terget vote, boleh ya?

Target: 40/50 vote
Komen: 15?

Selamat memenuhi targetnyaa.

Syaa tunggu ya ^^

--------------------------------------

"Disaat kau sudah berani untuk menerima, itu artinya kau juga harus berani untuk mengikhlaskan."-Syaa

---------------------------------------

"Bang, kenapa kau sangat kasar kepada Rasya!?"kesal Ravin pada si sulung.

"Salahkan dia, kenapa dia sangat keras kepala!"balas Reynard menolak disalahkan.

"Ya tetap saja, maklumi itu bang! Aku saja tidak pernah membentak-bentak nya!"Ravin terlihat semakin kesal

"Kau- Uhuk"baru saja Reynard ingin berujar, tapi terhenti karna dadanya terasa sesak.

Uhuk

Uhuk

Uhuk

Kenapa ini?

Ada apa dengan dirinya?

"Bang? K-kau kenapa?"panik Ravin

"Aku t-tak a-pa.... Uhuk"balas Reynard berusaha untuk menahan batuknya.

"A-ayo, sini biar aku bantu duduk"Ravin membantu si sulung untuk duduk di sofa. Raut wajah pemuda itu tampak sangat merasa bersalah.

Ia tak tega melihat keadaan Reynard yang sepertinya sedang sakit. Ada apa dengan abangnya ini?

"Aku panggil dokter ya?"tanya Ravin yang tampak masih sangat panik

"T-tidak perlu.... Uhuk"jawab Reynard walaupun nyata ia masih kesakitan.

"Dasar keras kepala!"Ravin langsung berlari mengambil handphonenya yang terletak diatas meja lalu mulai menghubungi dokter pribadi keluarga mereka, agar segera datang ke mansion keluarga Zavegan secepatnya.

"Ada apa dengan Abang mu boy?"tanya Rayen yang tiba-tiba muncul disana.

"Eh? Daddy disini?"Ravin terlihat ngeleg

Rayen memutar bola matanya malas, melihat kelemotan anak tengahnya ini.

"Sepertinya yang kau lihat. Jadi Rey kenapa?"tanyanya lagi

"Entahlah, Abang tadi tiba-tiba kesakitan sambil batuk-batuk"jawab Ravin sambil menatap kearah sang Abang yang kini sedang duduk sambil memejamkan mata. Dan meremat dadanya, terlihat kesusahan bernafas.

"Huft...."

Rayen hanya bisa menghela nafas berat.

"Sudah memanggil dokter?"tanyanya yang dibalas anggukan singkat oleh Ravin.


"Bang, naik perosotan yok"bujuk Zio yang dihadiahi tatapan tajam oleh sang Abang.

•REYNARD KAVY ZAVEGAN• {S2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang