1

31 6 4
                                    

Dear Adam,

Kamu Adam yang aku kagumi

Selalu kukagumi

Kamu segalanya untuk hidupku

Senyumanmu yang semanis madu

Menjadi pusat perhatianku dari pertama kita bertemu

Menjadi semangatku saat aku lelah

Menjadi canduku yang tak bisa ku hentikan

Kekuranganmu akan selalu tertutupi dengan kelebihanmu

Tutur katamu yang begitu lembut

Selalu membuatku terbuai

Kamu seperti bunga yang tumbuh di tengah tanah yang gersang

Kamu seperti cahaya yang muncul dari kegelapan

Kamu segalanya untuk mereka

Namun di sini, kamu sangat berarti untukku.

Aku, sang pengagum rahasiamu

HA.

Lagi?

Surat dari seseorang yang tak pernah Adam tahu siapa pengirimnya, yang jelas pengirimnya masih orang yang sama.

Adam tak punya pandangan siapa yang mengiriminya surat seperti ini. Ada 10 surat mungkin yang sudah diterimanya dari tahun kemarin. Adam pernah menebak surat itu dari Juna, namun setelah dipikir lagi inisial pengirimnya HA, sementara nama Juna tidak ada unsur huruf H dan A. Sampai Adam mulai terbiasa menerima surat itu hingga ia pun sudah tidak terlalu penasaran akan siapa secret admirernya. Apalagi, setahunan ini dia sedang dekat dengan lelaki dari Jurusan teknik.

"Widih, baper nggak tuh bacanya?" Seseorang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya membuat laki-laki berambut hitam itu menggeser tubuhnya sedikit menjauh dan meremas kertas dari pengagum rahasianya.

"Kamu ngagetin aja sih!" seru Adam dengan tampang sok judes. Namun, dalam hatinya sudah berdebar tak karuan. Sudah setahunan dekat, tetap saja Adam tidak terbiasa jika orang itu datang tiba-tiba.

Juna tertawa keras hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. "Muka kamu lucu banget sih, sayang! Kayak ketauan selingkuh! Selingkuh ya kamu dariku?"

Deg.

Adam menarik napas dan membuangnya dengan kasar, bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan Juna yang terbengong menatapnya pergi. Juna memanggilnya, namun tidak dihiraukan oleh Adam. Sepertinya, Adam dalam mode tidak baik alias dia harus diberikan ruang untuk sendiri, kalau Juna mengusilinya bisa jadi boomerang untuknya. Juna tidak ingin kejadian setahun lalu terulang kembali karena kebodohannya.

"Hmm, dasar anak gadis," Juna menepuk bibirnya sendiri pelan, "sialan, untung dia udah jauh, anak gadis palalu Jun!" Juna jadi bermonolog sendiri dan tiba-tiba cekikikan tidak jelas.

Adam berjalan santai menuju tempat favoritnya-ruangan yang tak terlalu luas, namun mampu membuatnya nyaman berada di sini. Ada beberapa kamera yang terpajang di dalam lemari kaca, di pojok ruangan terdapat foto berukuran 5r hasil jepretannya dan di dinding banyak sekali hasil jepretan dari teman-teman se-UKM dengannya.

"Loh, bang, sejak kapan di sini?" Seorang pemuda berjaket bomber menutup pintu dan terkaget ada Adam yang rebahan di lantai sambil bermain dengan ponselnya.

Adam mengabaikannya, ia sibuk berbalas pesan dengan Juna. Sepertinya Adam sudah mulai sedikit melunak hatinya untuk laki-laki tampan itu. Padahal setengah jam lalu mereka bersama, karena Adam mendadak grogi, dia justru meninggalkan Juna sendiri di ruang sekret. Sekarang malah gencar berbalas pesan, aneh tapi nyata.

Lelaki CadanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang