2

13 3 1
                                    

Hawa memasuki rumahnya yang sepi dan hanya kesunyian yang menemaninya sudah hampir tiga tahun ini. Kemana orang tuanya? Hawa sendiri juga tidak tahu dan dia juga tidak mau tahu. Perempuan manis itu berjalan menuju ke sudut dapur, berjongkok di depan kandang kecil dan heningnya rumah itu tergantikan dengan ocehan malamnya bersama si Luna, kucing Hawa dari dia masih anak-anak. Ia masih bersyukur, kakaknya atau pun orang tua tidak membawa peliharaan kesayangannya ikut pergi.

Hawa berjalan memasuki kamarnya, ia sudah mandi dan makan malam di bawah bersama Luna. Kucing itu sekarang sudah terlelap dikandangnya. Kini, tinggal dirinya yang masih menyapa keheningan malam. Hal ini sudah biasa bagi Hawa.

Ting!

Hawa berencana merebahkan badannya, mendengar smartphonenya berbunyi, ia pun berbalik dan buru-buru mengambil benda persegi panjang berlogo apple. Jemarinya lincah menyentuh layar, kedua bola mata cantiknya mengikuti arah telunjuk berhenti di sebuah kontak nama yaitu Nindi.

Nindi: Lo tau nggak, gue tadi pulang papasan sama si Juna. Terus dia nyapa gue. Heran banget tumben tuh cowok nyapa.

Hawa: Terus kenapa Nind? Gue mau bobo ini, gara-gara lo, gue jadi buka hape.

Nindi : Dia nanyain lo masa?

Hawa: Hah?

Nindi: Gue juga heran. Lebih kaget lagi, dia ngasih gue surat nih, gue kok ragu ya ini tulisan tangan lo. Tapi kalau diliat-liat ini tulisan tangan lo, Wa!

Hawa sontak bangun dari rebahannya, matanya melotot saat melihat foto yang dikirim oleh Nindi, benar saja itu surat yang dia tulis buat si Adam. Ia meneguk ludahnya, hello? yang benar saja itu surat ada di Nindi? Yang gak habis pikir, kenapa ada di Juna juga? Apakah si Adam udah tau kalau yang mengiriminya surat itu Hawa? Astaga!

Hawa: Itu emang tulisan gue kok, tapi surat itu kok bisa ada di Juna?

Nindi : Bukannya kata lo mereka berdua lagi dekat ya? Mungkin aja Adam ngasih tau ke Juna kalau dia sering menerima surat dan pas dibaca, Juna ngenalin tulisan tangan lo beb. Ya ampun plot twist banget

Hawa hanya membaca pesan Nindi tak berniat untuk membalas. Kalau dipikir benar juga, Juna kan sedang gencar mendekati Adam, bisa jadi Juna membaca suratnya. Hawa mengacak rambutnya frustasi, dia kalah start dari Juna. Brengsek!

Perempuan itu tengah berpikir, keningnya terlihat sekali menggerigi. Hawa menggigiti bibirnya, kebiasaan dia dari kecil yang susah sekali hilang. Bibirnya mengerucut sebal, hal yang paling disukai beberapa tahun ini akan dia stop entah sampai kapan. Ini semua gara-gara si Juna! Hawa tak pernah dekat dengan Juna, untungnya mereka jarang sekali satu kelompok, sehingga Hawa tidak ada kepentingan untuk sekedar menyapa atau mengajak pemuda itu mengobrol. Juna sangat emosian, Hawa sering melihat Juna ngamuk gak jelas ke teman-temannya. Dia juga tahu, kalau Juna dan Adam sedang dekat, ini berkat kesehariannya yang selalu mengintai Adam dari jauh.

Sejak kapan sih Hawa mulai menjadi secret admirer Adam? Kalau dibilang secret admirer sih juga bukan, lebih tepatnya dia merasa senang saat melihat Adam, pemuda itu menebarkan aura positif dan memberi perasaan bahagia untuknya. Saat OSPEK pertama kali, 4 tahun lalu Hawa melihat sosok laki-laki yang mempunyai senyuman indah dan cantik sekaligus. Pagi itu, mood Hawa yang jelek, seketika berubah membaik! Ia ikut tersenyum melihat Adam yang tersenyum memperkenalkan diri di lapangan.

Adam si positif vibes untuk Hawa yang negatif vibes. Mereka jarang bertegur sapa, tapi Hawa selalu berharap mereka bisa dekat. Hawa bukan tipe cewek yang gampang deketin cowok, tapi dia mulai ada keberanian setahun lalu dengan mengirimi pemuda itu surat. Sesekali mereka bertemu di acara seminar perwakilan Jurusan masing-masing, pernah juga Hawa yang mengikuti kegiatan Adam, seperti diam-diam menjadi suporter saat pemuda itu mengikuti lomba untuk perwakilan Kampus. Adam tahu Hawa dan sebaliknya, tapi memang tidak terlalu akrab.

Lelaki CadanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang