6.

97 11 0
                                        

Kallias bangun dari tidurnya, dia melihat seseorang yang juga sedang menatapnya.

"Aria.. " Panggilnya dengan penuh kelembutan.

"Kallias? Ini aku, Auriga" Kata pemuda itu dengan sedikit keluhan.

Kallias tersadar seketika, orang disampingnya terlihat mirip dengan kekasihnya tapi dia bukan kekasihnya...

Sudah dua hari dan Aria masih belum pulang, hatinya semakin tidak karuan seolah ada sesuatu yang ingin menggali hatinya keluar.

Kallias bergegas mengenakan pakaiannya, membuat Auriga yang ditinggalkan merasa sangat kebingungan, apa Kallias akan pergi bertemu Aria? Tapi Auriga ada disini kenapa Kallias harus mencari orang lain?

Pemuda itu melajukan mobilnya ke rumah orangtua Aria, pikirnya jika Aria tidak ingin pulang maka dia akan menjemputnya.

Kallias merasa sedikit gugup, dia tidak pernah menjemput Aria biasanya dia akan membiarkan pemuda itu pulang sendiri ke rumah mereka, tapi kali ini Kallias tidak keberatan dia bahkan bisa membuang semua mainannya asal Aria pulang bersamanya.

"Kallias?" Pasangan paruh baya yang memanggil pemuda itu adalah orangtua Aria.

"Selamat pagi paman, bibi"

"Ada perlu apa Kallias? Apa kalian bertengkar lagi? Hahh anak itu selalu saja membuat masalah"

"Apa Aria ada dirumah?" Tanyanya dengan penuh harap.

"Tidak, anak itu selalu saja menyusahkan tapi kau jangan khawatir bibi akan menelponnya dan memintanya pulang. Pasti melelahkan bersama anak itu, umm bibi punya adik dia lebih tua 3 tahun dari kau dan Aria bagaimana kalau kalian mencoba berkenalan terlebih dulu?"

"Maksudmu Lea? Anak itu memang lebih penurut dari Aria. Paman bisa meminta nomornya untukmu kalau kau mau Kallias"

Kallias dibuat takjub oleh mereka berdua, bagaimana bisa mereka mengenalkan orang lain pada pacar anak mereka sendiri?

Kallias buru buru menolak dan pergi dari sana secepat yang dia bisa, orang biasa seperti mereka memang serakah.

Pemuda itu mencari Aria kemanapun dia bisa tapi setiap teman dan keluarga yang Kallias pikir dekat dengan pemuda itu malah menghakimi dan menjelekkannya, bahkan seseorang yang Aria anggap teman dekat mencoba menggoda Kallias.

Aria hidup dengan orang orang biasa yang mencoba memanfaatkannya, sebagai orang biasa yang tidak serakah mereka berpikir kalau dia munafik dan bodoh. Aria hidup dalam lingkungan seperti ini dimana tidak ada seorang pun yang mau mendengarnya saat dia ingin di dengar, tidak ada yang menolongnya saat dia meminta tolong, tidak ada yang peduli.

Itulah kenapa dia selalu pulang dan kembali pada Kallias, karena pemuda itu satu satunya rumah yang dia tahu, bahkan jika rumah itu membuatnya sakit dan tidak nyaman dia masih enggan untuk meninggalkannya.

Kallias yang baru bertemu orang orang menjijikan itu merasa sangat kelelahan, dia mencoba memakai koneksinya juga apapun yang bisa dia gunakan untuk mencari Aria di seluruh kota, tapi sampai matahari tenggelam dan bulan menggantung di langit malam Aria masih belum pulang...

Pemuda itu terlihat lelah, dia pulang dalam keadaan kacau baru dua hari tapi Kallias dibuat kelimpungan dengan apa yang terjadi.

Aria pasti sangat marah itulah kenapa dia menghukumnya seperti ini, tapi dia hanya bersenang senang kenapa Aria selalu saja mempermalukannya? Mungkin jika dia berpacaran dengan seseorang yang setara dia akan bebas.

Kallias berjalan pelan ke arah balkon tempat Aria biasa menghabiskan waktu, Kallias duduk di tempat Aria biasa duduk. Pemuda itu selalu bingung kenapa Aria sangat mengagumi bulan lagipula tidak ada yang spesial dari benda itu.

Kallias memandangi bulan dengan tenang, bulan yang redup dengan cahayanya yang kusam dan terlihat biasa biasa saja sama seperti Aria. Dia bertanya secara tidak sadar, dimana kau sembunyikan Aria ku? Bulan yang tadinya bersinar kini tertutup awan menghilang begitu saja membuat langit malam nampak kosong.

Bulan redup itu menghilang meninggalkan langit malam yang terasa kurang.

Aria juga menghilang meninggalkan Kallias yang berpikir bahwa dia tidak setara dengannya...

personne ne m'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang