45. Terungkapnya Fakta

114 6 5
                                    

Usahakan vote dulu sebelum membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Kesalahan saya memang fatal, semuanya tetap tak akan pernah berubah walaupun saya telah menyesal, semuanya sudah terlanjur gagal, kegagalan itu tidak mampu saya bayar, bahkan rasa bersalah itu sangat amat tak bisa untuk memulihkan keadaan "

Asyifa Mahirah

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya, hari dengan cepat berlalu hingga tibalah di hari dimana Abizar bisa kembali ke tanah kelahirannya.

"Semoga saya belum terlambat, maaf membuatmu menunggu satu tahun lebih lambat."

Monolog laki laki itu lantas segera mamasukan beberapa potongan baju miliknya ke dalam koper. Setelah berberes ia pun segera membersihkan diri, ia harus bergerak cepat karena ia harus lepas landas 30 menit lagi, sedang  untuk ke bandara ia butuh waktu 20 menit.

Abizar duduk di kursi pesawat dengan nafas yang terengah, berlarian sejak dari tempat parkir itu membuat nafasnya tersenggal.

Setelah melewati perjalanan yang panjang dan juga melelahkan, akhirnya Abizar bisa rebahan di kamarnya. Kamarnya tak banyak berubah, walau sudah enam tahun ia tinggal. Abizar pun segera beranjak dari ranjangnya kala mengingat sesuatu.

"Ummi, Abizar mau bicara sebentar."

"Apa Bi?"

"Abizar mau melamar seseorang."

Asyifa yang tengah sibuk melap meja pun langsung berbalik menghadap Sang Putra, ia sedikit mengerjapkan matanya namun setelahnya senyuman lebarnya terbit bersamaan dengan tatapannya yang berbinar.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu mau dengerin ummi juga, sini."

Asyifa mengajak anaknya duduk. Abizar pun menceritakan tentang perempuan yang akan di lamarnya, Asyifa tampak sangat senang, karena ia pun tahu kalau perempuan itu sangat cocok menjadi menantunya.

Gus Abi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang