8. Tamu Tak Di Undang

137 12 2
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Cinta memang tak harus memiliki, namun untukmu itu terkecuali, aku memang tak seberuntung dia yang kau pilih, namun aku bisa memberimu yang lebih baik dari apa yang ia beri."

Muhammad Adam Ashraf

.

.

.

.

.

.

.

"Assalamualaikum."

Salam seseorang dari arah luar berbarengan dengan ketukan pintu. Abizar yang sedang berada di ruang tengah pun bergegas keluar rumah.

"Waalaikumusal.....am."

Jawabnya sedikit terjeda karena terkejut dengan kehadiran seorang pria ber jas yang berdiri di balik pintu rumahnya.

"Mari, silahkan masuk."

Kata Abizar sembari tersenyum lebar.

"Tidak perlu, saya hanya sebentar saja disini."

"Silahkan duduk."

Kata Abizar mempersilahkan tamunya untuk duduk di kursi di teras rumahnya.

"Apa kabar Tuan Abizar Aifaz Fadgham?"

"Alhamdulillah saya baik. Anda sendiri?"

"Baik, sangat baik. Apalagi sebentar lagi saya akan bertemu dengan wanita saya, dimanakah dia?"

Kata pria itu dengan senyuman yang lebar.

"Saya ralat, dia istri saya bukan wanita anda."

Pria itu malah tertawa tertahan seolah menertawakan kalimat Abizar. Abizar mencoba bersabar.

"Ada urusan apa hingga membuat seorang pengusaha sukses seperti anda mau bersusah payah mendatangi rumah kecil saya?"

Pria itu terkekeh geli membuat Abizar yang terserang api cemburu itupun makin terlihat kesal. Rupanya benteng kesabaran yang laki laki bangun itu telah runtuh. Terlihat dari raut wajah Abizar yang semula masih biasa saja sekarang menjadi sangat tidak bersahabat.

"Saya hanya mau memastikan, bahwa wanita saya baik baik saja."

"Sepertinya anda salah alamat. Saya sibuk, saya harus pergi."

"Saya hanya memastikan, anda tak mengingkari janji anda untuk membahagiakan wanita saya. Atau, saya akan ambil lagi apa yang seharusnya menjadi milik saya."

Gus Abi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang