°•••Happy reading•••°
***
"SHIMEH, APA APAAN?!"
"Kenapa gue ga ikhlas kalau anomali biru itu dijodohin?!"
"Kit heart, hiksrot." dramatis ku.
"Name, cepetan ganti baju! Kan udah mama bilang kita mau pergi malam ini!" perintah Mama yang tiba tiba ada di ambang pintu.
"Anying kaget!" kagetku, Mama ini selalu saja seperti syaiton yang tiba tiba muncul.
'Eh astagfirullah Name, jangan samain emak lo sama syaiton juga nying!' batinku.
"Heh! Siapa yang ngajarin ngomong anying anying kayak gitu!"
"Ampunn kanjeng ratu, saya khilaf." ucapku sambil sungkem.
Mama menggelengkan kepalanya. "Udahh sana, ganti baju. Terus dandan yang cantik!"
Aku memasang raut wajah sedih. "Jadi, Name selama ini jelek? Ma? Name gapapa?"
"Ga gitu! Lama lama mama buang juga kamu ya!"
"Huaaa jangan dongg, entar ga ada lagi yang bisa Name porotin duit nya."
Mama menghembuskan nafas lelah. "Name, jangan sampe mama jewer kamu ya." ucap mama dengan senyum yang bagiku sangat menyeramkan.
Aku langsung ngacir pergi mengganti baju sebelum kena jeweran yang sangat hiksrot itu dari mama.
***
"Duhh. Tumben banget ke kafe gini? Hem, sangat sangat mencurigakan." Aku memicingkan mata menatap kedua orang tua ku.
"Udah, masuk dulu. Entar Mama kasih tau,"
Aku mengangguk, dan kami pun masuk ke dalam kafe itu.
Aku dan kedua orang tua ku duduk dikursi, aku yang tau disini ada menu es krim pun dengan semangat menatap Mama.
"Maa, beli es krim yaa, yaaa?"
"Yaudahh pesen gih,"
"Pesenin papa es krim juga!" ucap Papa.
"Duh, pa. Papa kan udah tu--"
"Heh, apa. Tua? Tua tua gini, papa disukain janda semog disebelah rumah ya!"
"Dih, kok jadi kesitu?" tanyaku.
Mama menatap papa dengan tatapan mematikan.
Papa yang melihat tatapan mama langsung kicep. "A anu, Maa."
"Udahlah, kalian nih ya. Mau pesen es krim aja kayak bocah 5 tahun, cepetan pesen."
"Iya iyaa maaf." ucap ku dan papa bersamaan.
Aku memesan es krim untukku dan papa. Sedangkan mama hanya memesan secangkir kopi susu.
"Maa, kita ngapain ke sini?" Tanya ku penasaran.
"Itu Mama sebenarnya mau jodohin kamu."
"HAH?!" aku reflek berdiri dan menggebrak meja dengan keras. Oh shimeh, lihatlah. Sekarang aku menjadi pusat perhatian.
"Aduh." Aku kembali duduk dengan perasaan malu.
Mama dan papa masih mengelus dadanya kaget.
"Name, jangan malu maluin mama plis?" Mama ikut malu dengan kelakuan ku.
"Duh, Ma. Name maluu," aku memelas.
"Makanya jangan gebrak gebrak meja kek gitu,"
"Spontan, Maa. Hehe." Cengirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello tetangga!
Teen Fiction☆゚.*・。゚☆゚.*・。゚☆ Bagaimana perasaan kalian jika tetangga baru kalian ternyata adalah orang yang selama ini kalian kagumi dari layar handphone? ☆゚.*・。゚☆゚.*・。゚☆