14 Orgasme

1.6K 165 188
                                    

Jalur terakhir menuju puncak Gunung Slamet sedang ditempuh Lala dan yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalur terakhir menuju puncak Gunung Slamet sedang ditempuh Lala dan yang lainnya. Batuan vulkanik kecil dan besar terserak dimana-mana. Sedikit berpasir kasar berwarna kemerahan. Sudut-sudut beberapa batu yang menjadi pegangan terasa cukup tajam. Mereka harus ekstra hati-hati, langkah. Demi. Langkah.

Beberapa tanaman Cantigi masih terlihat di sepertiga pendakian menuju puncak. Menunjukkan betapa kuatnya tanaman itu. Daya hidupnya sangat tangguh. Setangguh renjana Bianglala untuk mencapai puncak gunung itu. Meskipun napasnya tersengal, diselimuti hawa dingin yang tidak pernah mangkir meski matahari mulai meninggi.

Dony dan Satria cukup cepat menyusul Bianglala dan yang lainnya, langkah mereka mantap untuk menuju perempuan itu.

Bianglala berhenti beberapa kali untuk mengambil napas. Minum dari botol yang diberikan oleh Dony untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Peluhnya mengucur begitu deras di pagi hari yang sangat dingin itu.

Di lereng menuju puncak itu, mereka hanya istirahat berdiri. Tidak ada lagi area datar apalagi landai. Bianglala berdiri membelakangi puncak gunung. Menyaksikan pemandangan lautan awan yang membentang. Biasanya dia akan melihat awan begitu tinggi dari jangkauan matanya. Tapi saat ini dia berada lebih tinggi dari awan itu sendiri. Tanpa harus terbang, karena kakinya masih menginjak bumi. Pengalaman yang luar biasa.

Beberapa kali Lala mendengar teriakan 'awas' saat ada batu yang menggelinding turun. Dia pun waspada. Mengingat pesan Nyoman di awal langkahnya menuju puncak tadi. Meski tetap tenang, tapi teriakan itu kadang cukup mengagetkannya. Dia harus sangat berhati-hati memilih jalan yang akan dilewatinya.

Perempuan itu kembali tenang saat Dony, menggenggam tangannya lebih erat. Menunjukkan kehadirannya, seolah mengatakan, 'aku disini'. Lala terus memberi senyum pada kekasihnya itu, menunjukkan kegembiraannya akan mencapai atap Jawa Tengah yang sudah tampak di depan mata. Tampak begitu jelas, namun masih ada banyak langkah yang harus mereka jejakkan.

Kawasan puncak ditandai dengan lempengan batuan menerus yang cukup panjang di akhir pendakian. Mungkin batuan yang terbentuk saat erupsi ratusan tahun yang lalu. Yono bilang warga sekitar menyebutnya 'benteng', memang bentuknya seperti pagar batu. Mereka menaiki 'tangga' dari susunan batu untuk melewati benteng batu tersebut. Dony melangkah lebih dulu, di atas benteng dia mengulurkan tangan untuk menarik Lala.

Lala bernapas sedikit lega, karena mereka sudah sampai di ujung perjuangan perjalanannya. Mereka berada di punggungan yang melingkari cerukan puncak yang dalam. Senyumnya melebar kemana-mana.

"Dikit lagi, La," ucap Dony membersamai langkah Lala.

Setelah melewati area yang sedikit datar, sedikit menanjak dan kadang sedikit menurun, mereka akhirnya sampai di titik tertinggi Gunung Slamet via Bambangan yang ditandai sebuah papan nama.

08.20 a.m.

"Whaaa!" Lala berteriak sedikit berlari menuju papan penanda berwarna hijau dengan tulisan berwarna putih. Kemudian diikuti langkah empat laki-laki yang berjalan bersamanya.

Renjana Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang