Part 5 : Sakit

285 22 0
                                    

Sorry for Typo and Happy Reading All!

"Vin, lo kalo gak enak badan mending istirahat aja deh." Ucap Arza yang kelima kali.

Arza, Arka, dan Vino kini sedang belajar untuk mempersiapkan ulangan akhir semester. mereka memang berencana untuk belajar bersama malam ini.

kini ketiganya berada di kamar Vino, nuansa biru muda yang sangat pas untuk mereka jadikan tempat belajar malam ini.

"Apaan sih kak, bentar lagi ini udah hampir selesai kok, nanti gue juga bakal tidur." Vino membantah keras, dia tidak apa-apa.

Arka memilih diam, dia tau adiknya itu tidak mau jika dipaksa-paksa. Tapi di sisi lain dia juga ingin sekali seperti Arza, lebih tepatnya langsung menyeret Vino menjauh dari kertas kertas dihadapannya itu sekarang.

Napas yang dia hembuskan memang terasa panas, sepertinya dia memang demam. Tapi menguatkan diri agar tetap belajar bersama malam ini.

Selain itu dia juga tidak mau ayahnya terus mengulang hal yang sama ketika dia bagi rapot.

"Gue tau sih Vin, lo ngejar banget tu juara 1. Tapi inget dulu noh kesehatan." Nasihat Arza kepada adik bungsunya.

"Kak, cuman panas doang kan? Apasih lo, lebay banget."

"Udah, malam ini kita belajar sampai sini dulu, nanti kita lanjut. Mending sekarang istirahat, gue juga capek." Arka yang akhirnya angkat bicara. Kali ini semuanya ikut menurut. Mereka mengemasi semua barang barang dan memaksukkannya kedalam tas.

Setelah kedua kakaknya keluar kamar, Vino merebahkan tubuhnya yang kini terserang demam di kasur empuknya.

"Ngejar harapan ginu banget ya." Ucap Vino sambil melihat langit langit kamarnya.

Tidak lama bunyi ketukan yang berasal dari pintu kamarnya dan menampakkan Arza dengan tangan yang memegang gelas beserta obat untuknya.

"Gue yakin, kalo nunggu lo yang ngambil obat, sampai besok gak lo makan kan."

Arza terlampau tau dengan kebiasaan adik adiknya. Jika Arka adalah adik yang lumayan mandiri untuk dirinya, maka Vino kebalikan. Bukan tipe yang manja banget, tapi Vino lebih kearah agak bodoamat dengan diri sendiri.

"Lo beruntung punya kakak yang super perhatian kayak gue."

Vino yang mendengar rasanya ingin memuntahkan obat yang baru ia telan itu. Kakaknya itu mulai pede sendiri.

"Dih, gak ada yang muji, jadinya muji sendiri ya kak?" Gelak tawa Vino memenuhi ruangan.

Arza yang mendengar, rasanya ingin memukul Vino sekarang.

"Jangan jahat jahat gitu lo ke gue, kakak lo nih gini gini."

"Kak tau tau lo dulunya ketuker pas di rumah sakit. Bukan anah ayah sama bunda, gimana kak?" tanya Vino dengan tampang memikirnya.

"Mana ada konsep kayak gitu, lagian gue kembar sama Arka, Vin. Kalo gue bukan anak ayah sama bunda, Arkanya gimana?"

Dipikir pikir benar juga, tidak mungkin juga tertukar. Lagian muka si kembar memang seperti duplikat bunda mereka. Sedangkan Vino, seperti ayahnya ketika masih seumuran mereka.

****

Setelah selesai menunaikan ibadah yaitu salat subuh, Vino kini kembali berbaring di atas kasur empuknya. Dia tidak terlalu tidur semalaman karena demam itu.

"Sialan." Umpat Vino sambil memijit keningnya guna menghalau rasa sakit yang cukup mengganggunya semalaman.

Sambil menjangkau handphone di nakas sebelah kanan samping tempat tidurnya dengan tangan kiri yang masih bertengger manis di atas dahi, remaja enam belas tahun itu melihat jam yang terpampang jelas di layar.

ZevinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang