Part 6 : Awalan

188 22 2
                                    

Sorry for Typo and Happy Reading All!

"Kak,"panggilan lirih dari Vino.

"Adek mau minum gak?"Tanya Arka,dan dijawab anggukan olehnya.

Setelah membantu Vino untuk minum,Arka pun berkata, "Pulang aja ya dek, biar enak istirahatnya."

"Nah bener banget kata Arka, pulang aja ya, biar kak Arza yang minta izin."ucap Arza

Sedangkan kedua sahabatnya hanya diam memperhatikan ketiga saudara itu, hal pertama yang tidak pernah mereka sangka adalah seorang Arka Sarindra yang mereka kenal agak irit bicara, jika sudah dihadapkan dengan Vino akan menjadi sosok yang berbeda.

Setelah beberapa kali mencoba merayu adiknya itu, akhirnya permintaan si kembar terpenuhi. Mereka khawatir jika adiknya itu masih disekolah. Lagian sakit begitu bagaimana mau belajar kan? Lebih baik istirahat saja di rumah, jauh lebih baik.

"Loh kok udah pulang, Vin? Sama siapa? Ini pasti ada yang gak beres." ucap Reva beruntun, terlebih dia melihat ada yang tidak beres dengan anaknya itu.

Panas menjalar ketika Reva memegang tangan Vino, membantunya berjalan ke kamar di lantai dua. Tidak mungkin dia membiarkan Vino berjalan sendiri ke atas, sekedar melangkah saja lemas.

"Kamu kenapa gak bilang sama bunda kalo sakit si nak?" tanya Reva setelah Vino mengganti pakaian sekolahnya menjadi pakaian rumah.

"Vino tadi izin sama ayah, tapi di suruh sekolah aja bun," jawab Vino lemah.

"Vino takut kalo ngelawan sama ayah." lanjutnya. Reva memandang risau.

"Ayah kamu memang keras kepala banget. Kamu tunggu sini ya, bunda ambil kompres. Tadi udah makan obat?"

"Udah bun, di sekolah." ucap Vino.

"Bagus, bentar ya."

Sambil menunggu bundanya kembali, Vino memejamkan mata untuk menghalau rasa sakit kepala yang dari tadi belum hilang itu.

Demam memang tidak enak, gumam Vino.

****

Pintu terbuka menampakkan seorang perempuan dengan tangan yang membawa nampan.

"Vin maaf ya bunda agak lama, nih bunda buatin bubur juga buat kamu." ucap Reva ketika Vino membuka matanya.

Reva duduk di kasur Vino, kemudian membantu agar anaknya bisa duduk. "Bunda suapin, ya." Vino mengangguk, sebenarnya dia tidak ada selera untuk makan. Tapi tidak ingin melihat bundanya khawatir, dia kuat kuatkan untuk sekedar menelan bubur yang telah Reva buat.

"Bunda udah hubungin dokter Ana, mungkin nanti sore bakal kerumah, Vin." Kembali menyuapkan sesendok bubur kepada Vino. "Kamu istirahat aja dulu ya abis ini."

Sekarang yang ada di pikiran Vino, hanya Tyan. Bagaimana jika ayahnya tau dia tidak sekolah hari ini? Apa yang harus dia lakukan?

Reva melihat Vino yang terdiam tidak mengeluarkan suara. "Vin..."

"Biar bunda yang bicara sama ayah."

****

Sesudah makan tadi, Vino langsung membawa dirinya untuk menyelami mimpi. Mungkin dengan begitu bisa membuat dirinya menjadi sedikit lebih membaik. Reva juga pamit untuk pergi kebutik katanya, Vino tidak mempersalahkan hal itu.

Namun karena mimpi buruk, tidurnya menjadi gelisah dan  Vino memilih untuk bangun dari tidurnya. Keringat bercucuran, tangannya gemetar. Dia mencoba untuk menetralkan nafasnya. Ketika sudah sedikit tenang,Vino menatap langit langit kamar. Merasa haus, dia pun mencoba untuk berdiri walaupun rasanya sangat lemas.

ZevinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang