Part 9 : Tidak sesuai ekspektasi

101 13 1
                                    

Sorry for Typo and Happy Reading

Pemuda pemuda yang baru saja datang itu melepaskan helm full face yang menutupi wajah mereka.

"Yang di tunggu tunggu datang juga nih," ucap Rayen yang duduk diatas motornya, lebih lengkapnya pemuda itu bernama Rayen Fahlevi. Remaja yang berumur satu tahun lebih tua dari Vino, mantan kakak kelasnya ketika awal awal masuk sekolah. Kini dia bersekolah di salah satu SMA yang juga saingan sekolah Vino–SMA NEGERI 1. Alasan sekarang Rayen tidak lagi bersekolah di SMA yang sama adalah karena di DO bersama dengan beberapa temannya juga yang ketahuan membawa minuman keras kesekolah

"Eh ada mantan, nih. Gimana kabarnya di sekolah baru?" ucap Sean dengan nada mengejek Rayen.

"Diem lo, Spion." ucap Rayen dan teman temannya tertawa mendengar apa yang ketua mereka katakan.

Sean menahan amarahnya, apa tadi katanya, Spion? Enak aja, orang tuanya sudah bersusah payah memberikan nama untuk anak terganteng mereka satu satunya malah di ubah seenak jidat dari manusia kriting itu–Rayen.

"P, gelut?" ucap Sean.

"Udah." ucap Vino kepada Sean, ya dia tau Sean tidak terima. Tapi kedatangan mereka kesini bukan untuk bertengkar soal nama. Melainkan...

"Janji lo yang waktu itu mana?" tanya Vino. Rayen yang tau apa maksud Vino tersenyum. Aneh, menurut mereka bertiga. Mungkin Rayen ini memang sedikit gila.

Pasti orang ini merencanakan sesuatu, tebak Sean.

"Lo tenang aja," ucap Rayen lalu memanggil anak buahnya untuk membawakan satu tas yang berisikan, uang.

"Eit, tapi sebelum uang ini jadi milik lo. Gue mau kita balapan satu kali. Kalo lo menang, semua uangnya jadi milik lo." Menggantung ucapannya sebentar, "Kalo kalah, setengah uang jadi milik gue."

Benar bukan, orang selicik Rayen ini memang selalu punya cara. Cara memuakkan menurut Sean. Jika tidak mampu, jangan sok sok an mau taruhan besar besar.

"Iya iya, cepetan. Cuman ngasih duit yang milik orang aja banyak tingkah lo. Lagian juga bakalan kalah." ucap Vino

"Ngeselin amat sih, hidup pula." celetuk Sean. Reza menggeleng, teman disebelahnya ini memang hobi bicara.

Kemudian...

"SELAMAT KALAH RAYEN FAHLEVI!" seruan sekaligus doa Sean, dan dia mendapatkan sorakan gratis dari anggota Rayen.

****

Dua motor itu melaju kencang membelah jalanan yang sepi malam ini. Cukup sepi, mungkin karena hujan yang sempat membasahi jalan itu beberapa jam lalu.

Jalanan yang licin tidak membuat salah satu orang yang memang sudah tertinggal jauh dibelakang untuk terus mempercepat laju kuda besinya.

"Akh, sialan!" umpatnya.

"Gue gak bakal tinggal diam sama kekalahan gue kali ini, Vin!" ucapnya ketika melihat Vino yang sudah sampai di garis finish.

"Puaskan? Sekarang, janji yang lo buat sendiri mana," pinta Vino. Dengan muka masamnya, Rayen menyurut anggotanya memberikan uang yang telah disepakati itu.

"Sampai jumpa lagi mantan..., kita pulang dulu yaa."ucap Sean sambil melambaikan tangannya.

Rayen dan anggotanya hanya menyaksikan kepergian mereka tanpa ada niatan sekedar membalas ucapan Sean. Hingga Rayen turun dari motornya dan menghampiri salah satu orang kepercayaannya yang sedari tadi bersembunyi dibalik kerumunan yang lain.

"Gimana?" tanya Rayen.

Orang itu tersenyum licik, "Aman, percaya aja sama gue." Kalimat itu membuat Rayen tersenyum puas.

ZevinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang