[seulmin fanfiction || completed]
Sejauh apa pun Park Jimin pergi, dia tetap milikku.
Bagaimanapun seorang Kang Seulgi, dia tetap milikku.
a story by kyshe
Start: 10 Desember 2020
End: 4 Agustus 2024
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku masih ingat bagaimana hari itu, suatu hari di hari Jumat tahun 2023. Hari di mana aku pertama kali mengobrol dengannya secara intens, kemudian tertawa bersama seolah akan berkenalan lebih jauh dan tidak memiliki batas waktu sama sekali. Nyatanya aku salah, bahkan sekarang aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, apa yang ada di pikirannya, atau bahkan dia sedang sibuk melakukan apa sehingga hal itu mengganggu pikirannya. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya, apa dia benar-benar baik-baik saja, atau hanya berkata baik tanpa menghiraukan isi hati yang sebenarnya. Aku pernah menjadi orang yang mungkin berarti baginya, tapi sekarang sudah tidak lagi karena kesalahanku sendiri.
-
-
-
Seorang wanita dengan laptop di depannya itu tampak serius di tempat duduk sebuah kafe. Seolah mengasingkan diri dari keramaian kota di malam hari, dia memilih untuk duduk sana dan menarikan jemarinya di atas papan ketik. Mengetik kata demi kata, merangkai kalimat yang membuat matanya tak bisa lepas dari layar persegi panjang itu. Sesekali dia menghela napas panjang, kemudian mengalihkan pandang sejenak. Menatap pemandangan di sekitarnya, di mana beberapa orang duduk di kafe tersebut dengan rekan kerja atau teman mereka, sedang bicara satu sama lain atau bercanda. Keadaan di luar kafe juga sama, beberapa orang berjalan melalui kafe tersebut begitu saja dengan raut wajah yang berbeda-beda. Membuatnya sadar kalau keadaan satu manusia dengan manusia lain pasti berbeda, tidak bisa disamaratakan sama sekali.
"Permisi." Suara lain merengsek ke rungunya, membuat wanita atau yang memiliki nama Kang Seulgi itu mendongak, menatap pelayan yang baru saja sampai di mejanya dengan kopi yang menyeruakkan aroma harum luar biasa. Menyapa indra penciumannya yang sedikit rindu dengan aroma itu. "Terima kasih." Pelayan itu mengangguk, kembali meninggalkannya sendirian di meja yang berada di pojok kafe, berdekatan dengan kaca yang langsung memperlihatkan keadaan kota yang sibuk dan tidak bisa santai sama sekali.
Kang Seulgi mengangkat gelas kecil berisi kopi itu, kemudian meniup dua kali sebelum akhirnya menyeruput sedikit kopi pahit kesukaannya. Selesai dengan kegiatannya, Seulgi kembali meletakkan gelas di atas meja. Ekor matanya tidak sengaja menangkap sebuah pemandangan yang akhirnya membuat kepalanya menoleh sepenuhnya ke arah itu.
Di luar sana, tak jauh dari kafe tempatnya duduk, terdapat sepasang muda mudi yang sedang berjalan bersama, lalu berhenti di trotoar, menunggu lampu merah berubah merah dan menyeberang ke seberang jalan. Pria yang bersama wanita itu terlihat menggenggam tangan wanitanya erat-erat, lalu mereka menyeberang sambil beberapa kali menoleh dan bicara. Seulgi terus memperhatikan pemandangan itu, sampai si pria menundukkan badan untuk mengikatkan tali sepatu wanitanya yang terlihat akan lepas saat mereka sudah sampai di trotoar seberang jalan.
Merasakan gejolak tak menyenangkan di dalam hatinya, Seulgi segera mengalihkan pandang. Kembali menatap laptopnya yang menampilkan rentetan kalimat yang berjajar rapi di atas kertas putih. Seulgi kembali membaca paragraf sebelum paragraf akhr yang dia ketik, berusaha mendapatkan feel yang sempat hilang, kemudian kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, dengan posisi semula seolah tidak terjadi apa-apa.