9. What's behind you

92 14 2
                                    


Hari ini hari Minggu, hari yang tentram untuk Suyeon fokus belajar di kamarnya.

Suyeon menikmati ketenangan dan angin sejuk yang masuk dari jendela kamarnya sampai seseorang memanggil namanya.

"Nam Suyeon, bisakah paman minta tolong?"

Suyeon menghela nafas, Ia menutup bukunya dan pergi menemui pamannya.

"Paman harus mengerjakan ini, tidak ada bahan makanan untuk makan siang. Tolong kau pergi beli saja, bisa kan?" Ucap Namjoon yang fokus dengan laptopnya.

Suyeon merengek malas, "Kalau begitu kita makan siang nanti saja, paman.."

"Tidak bisa!" Sahut Namjoon cepat. "Kau harus makan tepat waktu kalau tidak ingin sakit!"

Namjoon dengan cepat menyerahkan kartu ATMnya, "Belilah sesuatu yang bergizi, tolong belikan untuk paman juga, 2 porsi."

Suyeon dengan enggan mengambil kartu ATM pamannya itu dan pergi mengambil jaket dikamarnya, padahal hari ini Ia tidak ingin keluar dari rumah dan hanya menyibukkan diri dengan belajar.

Saat keluar, benar saja, Ia bertemu dengan Riki.

"Kawaii nuna!" Seru Riki ceria.

"Penampilanmu sangat cool, tapi kau seceria itu. Bukankah tidak cocok?" Suyeon memberikan sedikit kritik.

Riki merangkul leher Suyeon dan berjalan sambil menikmati sinar matahari yang hangat, "Kalau dengan orang lain aku bersikap dingin dan cool, kalau denganmu saja aku seperti ini."

Suyeon melepaskan diri dari lengan Riki, "Bipolar, ya?"

"Tega sekali kau berkata seperti itu, Nuna?!" Riki merengek seperti anak kecil. "Kesehatan mentalku ini sangat prima!"

"Aku hanya bercanda," Suyeon tersenyum tipis. "Tapi, memangnya dua kepribadian seperti itu mengalir di dalam darah kalian, ya?"

"Maksudnya?" Riki yang tidak biasa berpikir dengan serius tidak mengerti.

"Kau yang memiliki sisi yang riang dan sisi yang dingin, Heeseung juga sepertinya begitu."

Riki mulai paham dengan maksud ucapan Suyeon, "Kalau aku memang berpura - pura dingin supaya terlihat keren, kalau Heeseung hyung.."

Suyeon melirik kearah Riki yang sepertinya ragu untuk melanjutkan perkataanya.

"Aku bersyukur karena Ia bisa hidup dengan baik dan punya banyak teman. Itu sudah lebih dari cukup," Lanjut Riki.

Suyeon penasaran, sepertinya ada alasan lain.

"Omong - omong, Nuna ingin pergi kemana?" Riki mengalihkan topik pembicaraan.

"Kau sendiri kenapa mengikutiku?"

"Heeseung hyung memintaku pergi membeli makan siang, sepertinya Ia lelah setelah pertandingan kemarin."

"Kebetulan sekali, aku juga hendak membeli makan siang."

Mata Riki berbinar - binar, "Benarkah? Kenapa bisa sama? Apakah kita berjodoh?"

Suyeon mencubit pipi Riki, "Kau itu umur berapa sudah bicara tentang jodoh?"

"Nuna, kenapa kau bisa meraih pipiku? Kau jinjit, ya?" Ucap Riki sambil memegangi tangan Suyeon yang mencubit pipinya.

Suyeon semakin menarik pipi Riki, "Ya, aku tidak sependek itu!"

"Baiklah, baiklah!"

Suyeon pun melepaskan tangannya dari pipi Riki, sedangkan Riki hanya cengengesan.

Mata Riki tertuju pada cafe yang menjual banyak kue yang terlihat cantik, tangannya langsung menarik Suyeon masuk kedalam cafe itu.

"Nuna, lihat! Kuenya terlihat sangat enak!" Rengek Riki sambil menatap kue - kue yang tersedia didalam etalase.

Boyfriend - HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang