20. Reverse

126 17 1
                                    


Heeseung menata semua barang dan bahan makanan yang dibawa oleh Namjoon saat Suyeon pergi berpakaian.

Ia menyadari kalau pamannya itu sangat perhatian dan sayang kepada Suyeon melihat banyak sekali yang dibawa, bahkan produk - produk perawatan tubuh perempuan.

Heeseung mengakui kalau Kim Namjoon adalah pria yang sangat act-of-service.

"Paman membawa banyak sekali barang, ya.." Keluh Suyeon yang tiba - tiba berada di samping Heeseung.

Suyeon menghela nafas saat melihat losion kulit, masker wajah, parfum, dan lain - lain.

"Pamanmu sepertinya sangat memahami perempuan, padahal Ia seorang laki - laki." Ucap Heeseung sambil menata bahan makanan di lemari pendingin.

"Dia adik mendiang Ibuku, tumbuh besar dengan perempuan, lalu membesarkan anak perempuan. Tentu membuatnya berpengalaman," Jelas Suyeon sambil memisahkan beberapa barang.

"Sangat berbanding balik denganku.. aku tidak memahami perempuan." Ucap Heeseung sambil tersenyum pahit.

"Bukankah kau adalah penguasa perempuan?" Celetuk Suyeon. "Kau sangat ahli menyenangkan hati perempuan."

"Tidak hanya perempuan, laki - laki juga." Balas Heeseung.

Suyeon langsung melotot, Heeseung sadar kalau ucapannya bisa membuat orang lain salah paham.

"Maksudnya aku berusaha menyenangkan hati semua orang! Tapi, sebagai teman!" Heeseung langsung mengklarifikasi.

"Kenapa kau selalu menyoroti aku yang akrab dengan perempuan padahal aku juga akrab dengan teman - teman lelakiku?" Dengus Heeseung. "Kau seolah - olah membuatku terlihat seperti seorang pemain wanita."

"Julukanmu itu The Rizz King Lee Heeseung, kau tidak tahu?" Suyeon mendengus balik. "Bahkan kau menatap wanita saja sudah bisa membuat wanita itu merasa kau sedang merayunya."

Heeseung tersenyum dan mendekati Suyeon, "Ternyata kau sangat memperhatikan aku, ya?"

"A-aku hanya dengar gosip," Suyeon langsung memalingkan wajahnya.

Heeseung melipat kedua tangannya didepan dada, "Bukankah itu salah mereka karena mengasumsikannya sendiri padahal aku tidak pernah berniat begitu?"

"Untuk informasimu saja, bahasa tubuhmu itu sangat memikat bagi kebanyakan wanita, Lee Heeseung." Suyeon berusaha menyibukkan diri tanpa menatap Heeseung.

"Kau juga berpikir begitu, Nam Suyeon?" Heeseung semakin mendekatkan dirinya pada Suyeon.

"Aku tidak suka dengan lelaki genit," Jawab Suyeon cepat.

"Kau menyebutku genit?" Heeseung terkekeh tidak terima.

Suyeon mengangkat bahunya sekilas, "Secara sengaja membuat orang lain hanyut?"

Heeseung mengacak rambutnya frustasi, "Inilah yang tidak kupahami dari wanita, selalu seenaknya sendiri."

"Karena itu, kau tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun?" Suyeon memberanikan diri bertanya.

Senyuman Heeseung perlahan memudar, Ia jadi kesal karena Suyeon yang terus memojokkannya.

"Alasanku lebih bagus daripada sekedar dugaan egois seperti itu." Ucap Heeseung. "Bukankah aku sudah bilang kepadamu? Aku akan bersikap baik padamu, apakah itu tidak cukup untukmu?"

"Padaku?" Suyeon menghela nafas. "Apa maksudmu?"

"Hanya padamu, aku tidak berpura - pura." Ucap Heeseung sambil terus mendekat pada Suyeon.

Suyeon terus mundur hingga punggungnya terbentur pelan dengan dinding rumahnya.

"Sebenarnya aku tidak seramah yang kau pikirkan, Suyeon-a. Tapi, kepadamu.. aku benar - benar tulus bersikap baik." Heeseung memainkan helaian rambut Suyeon. "Aku akan senang melihatmu senang, aku akan terluka jika melihatmu terluka."

Boyfriend - HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang