chapter 10

5 0 0
                                    

Bandung pagi ini terasa begitu lebih sejuk daripada hari hari sebelumnya, kabut terasa lebih tebal hari ini. Sinar mentari mulai menunjukkan sinarnya dari celah jendela kamar seorang anak laki laki yang bernama 'Jema Nerro Ardiaz'.

Jema melirik jam waker yang ia punya dan menunjukkan pukul 06.00, jema mematikan jam waker yang menganggu pagi harinya, ia pun langsung bangkit dari tempat tidurnya dengan mata yang sayu lalu merapikan tempat tidur yang ia pakai.

'tok tok tok'
"Aden, Seragam osisnya udah bi imah setrika ya ini di meja depan" Ucap wanita paruh baya yang berada di luar kamarnya lalu pergi dari depan kamar Jema

"Iya bi, siappp" Sahut Jema di kamarnya

Jema langsung membuka pintu kamarnya, ia langsung mengambil seragam osis yang akan ia kenakan nanti, Jema mengambil seragam osis yang sudah di siapkan oleh pembantunya tetapi ada satu foto yang mengalihkan pandangannya yaitu foto sang ibunda yang masih di letakkan di meja depan kamar Jema.

foto yang Jema lihat ialah foto sang ibunda yang tersenyum lebar menghadap kamera dengan pose mengelus perut buntingnya yang berisikan Jema Kecil pada saat itu.

"Kangen mamah" Gumam Jema sembari mengusap figura yang penuh dengan debu

"Mamah ga kangen sama Jema?" Tanya Jema sembari menatap figura yang ia pegang

Jema mengusap air matanya yang tiba tiba turun, "Pasti selalu nangis"

"Mandi aja deh abis itu berangkat sekolah" Sambung Jema langsung berjalan menuju kamar mandi

Beberapa menit kemudian Jema pun selesai dengan aktifitas mandinya, ia langsung mengenakan baju osis dengan atribut lengkapnya, karena hari ini ada upacara dan Jema menjadi petugas upacara.

Jema selesai mengenakan atributnya, ia menggunakan almet osis kebanggaannya.

Jema berkaca di cermin kamar full face miliknya, ia mengkibas kibaskan rambut, memasangkan jam di pergelangan tangannya, "ini gue kalo ganteng kaya gini pasti Aya suka"Ucap Jema tidak sadar dengan ucapannya

'Plok' bunyi telapak tangan Jema menampar bibirnya yang berbicara secara tidak sadar
"Apaan si Jem, sadar bego"

"Daripada mikirin bocil culun itu mending gue jemput si Pak Ketu abis itu berangkat" Gumam Jema sembari mengambil tas ranselnya lalu turun ke bawah untuk berpamitan kepada Bi Imah

Setelah berpamitan dengan Bi Imah, Jema pun menyalakan motornya menuju ke depan rumah Gibran
"PAK KETUUU" Teriak Jema saat sudah memarkirkan motornya di depan rumah Gibran

Ibu Gibran keluar "Sini Jema sarapan dulu, masih jam setengah tujuh kok awal banget, sini sini sarapan dulu" Ajak Ibu Gibran

"Jema udah kenyang banget, Tan" Jawab Jema sembari mengelus elus perutnya yang sudah isi

"Helehh, yaudah sinii tuh si Gibran lagi sarapan" Ajak Ibu Gibran langsung menarik Jema untuk ke dalam

Jema melihat Gibran sedang menikmati sarapannya pun langsung duduk di sebelah Gibran

"Sarapan Jema" Tawar Ayah Gibran kepada Jema

Jema mengangguk "Udah kok, Om"

Jema menatap Gibran "Pak Ketu, Nanti traktir yaa" Jema sedikit menaikkan kedua Alisnya kepada Gibran

"Jem gue lagi makan, ga seharusnya lo bahas ginian" Peringat Gibran kepada Jema

"Traktir apa tuh Gib?" Tanya Ayah Gibran Penasaran

"Si Gibran sama Zea udah jadian" Bukan Gibran yang menjawab, Melainkan Jema yang langsung mendapatkan delikan dari Gibran

Gibran langsung beranjak dari tempat duduknya, ia menyalami kedua orangtuanya, Dan langsung menyeret Kerah Almet Jema. Sedangkan kedua orangtua Gibran hanya menggeleng gelengkan kepala heran

LOVE IN HIGH SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang