chapter 4

0 0 0
                                    

Keesokan harinya di kediaman rumah Zea, ia merasa kesal kala tau motornya itu habis bensin ia pun mengadu kepada ayahnya

"yah gimana dong ini motor Zea, masa bensinnya abis mana udah hampir jam 7 nanti Zea telat lagi" ucap Zea sambil melihat jam tangannya, salah dia juga kemarin tidak melihat kalau bensinnya hampir habis kan jadi ayahnya ikut repot sekarang
"yaudah Zea sama Aya dulu sana, nanti ayah yang isikan bensinnya" jawab ayah Zea
Zea baru ingat bahwa dia mempunyai sahabat yaitu Aya, Zea pun tersenyum sedang lalu langsung berpamitan pada sang ayah
"yaudah Zea duluan ke rumah Aya yaa yah, assalamu'alaikum" pamit Zea sambil bersalaman kepada ayahnya "waalaikumsalam" jawab sang ayah, jangan tanyakan ibunda Zea karna ia sedang pergi membeli sayuran

Sesampainya Zea dirumah Aya, Zea pun berteriak "AYAA BURUAN UDAH SIANG, NANTI KITA TELAT LAGI" kesal Zea karna Aya terlalu lelet "SABARR ZEAA AYA PAKE SEPATU DULU" jawab Aya, mendengar itu Zea langsung masuk kedalam rumah Aya kemudian berdecak "buruan Aya, nanti yang bawa motor gue aja yaa, gue numpang soalnya motor gue abis bensin" kata Zea
"iyaa Zea, Zea aja yang bawa yaa tapi hati hati" ucap Aya yang diangguki oleh Zea

Selesai Aya menggunakan sepatu Zea langsung menancapkan gas motor dengan sangat cepat yang membuat Aya ketakutan

"Zea jangan ngebut, Aya takut" kata Aya sambil menepuk pundak Zea
"TENANG AJA AY KITA GAAKAN KENAPA NAPA, SANTAI" ucap Zea dengan santainya
"ay motor lo kok tiba tiba aneh ya" kata Zea sambil memperlambat laju motornya
"Aya juga gatau Zea" jawab Aya karna tak tahu

kemudian tanpa keinginan Aya dan Zea tiba tiba motor Aya berhenti di pertengahan jalan yang membuat Zea juga Aya menjadi kesal
"anjirr lah ay gimana ini, motornya gabisa nyala ntar kita telat lagi" panik Zea, karna mau ke bengkel juga masih sangat jauh "gatau juga ze tapi Aya baru inget kalau motor Aya belum ganti oli" ucap Aya dengan muka tak berdosa yang membuat Zea semakin kesal

Namun saat Aya dan Zea sedang panik panik nya ada dua pengendara menghentikan motor mereka didekat Aya dan juga Zea
"perlu kita bantu ga?" ucap salah satu dari mereka sambil membuka helm yang dikenakan "ELOO?? GA BUTUH, GA" jawab Zea setelah tau ternyata yang menawarkan adalah Gibran

"Zea jangan gitu dong kak Gibran ini baik mau nolongin kita, udah ayo terima aja daripada kita telat" kata Aya sambil membujuk Zea dengan menggoyangkan tangan Zea kesana kemari
"lucuu juga tingkah ni bocah" ucap Jema tapi hanya bisa didengar ia sendiri

"yaudah kalau gamau, nanti sampe disana gue hukum lagi kalian" mendengar penuturan Gibran Zea pun melotot "cih, ga sudi juga gue boncengan sama lo" kata Zea karna ia sudah sangat benci kepada Gibran
berbeda dengan Zea, Aya masih saja membujuk Zea agar mau menerima bantuan dari kakelnya itu "udah Zea ayo gapapa, daripada kita dihukum" kata Aya "kita mau kok kak nanti kak Gibran sama Zea yaa Aya sama kak Jema gapapa kan?" tanya Aya sambil melirik ke arah Jema yang hanya dibalas jempol tangan

Zea menghembuskan nafas kasar kemudian "yaudah gue mau, tapi ini karna Aya ya yang maksa gue, kalau ga juga gue gasudi" kata Zea yang membuat mata Aya berbinar "YESSS AKHIRNYA ZEAA CINTAQUU MAU" ucap Aya senang, melihat itu Jema tersenyum lebar tapi tak ada yang melihatnya karna Jema tidak melepaskan helmnya Jema merasa lucu sama tingkah Aya yang seperti anak kecil menurutnya

"gue juga aslinya gamau nolong lo tapi karna gue baik yaudah gue tolongin" kata Gibran yang ga mau kalah omong sama Zea
"hemm" jawab Zea karna ia sudah tidak mood untuk bicara
"mau naik ga? kalo ga yaudah gue tinggal" ucap Gibran sambil menyalahkan mesin motornya "iya monyet sabar dikit kek" jawab Zea kesal sambil menaiki motor ZX25R itu

Sementara itu Aya sudah menaiki motor Jema
"kak nanti motor Aya gimana?" tanya Aya kepada Jema
"gampang, nanti gue bilangin anak anak markas biar nanti diambil" jawab Jema yang dijawab anggukan oleh Aya
"udah siap?" tanya Jema
"SIAPP, KAK JEMAAA!!!" teriak Aya dengan begitu semangat membuat Jema tersenyum dibalik helmnya, Jema kemudian menyusul Gibran yang sudah lebih dulu melajukan motornya bersama dengan Zea

LOVE IN HIGH SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang