SEBELUM TIDUR

765 106 4
                                    





•Renjun 2 tahun•





"Kenapa sebelum tidur harus nangis dulu sih?" Jeno frustasi, Renjun rewel malam ini. Niat hati mau di kasih ke Eric aja biar di urus sama adiknya itu.

Tapi kasihan, Eric sedang sakit di kamarnya.

"Njun.. Dengerin" Jeno duduk di depan Renjun yang juga bersila masih sesenggukan di atas ranjang.

"Stop nangis, lo tau kan kalau Eric lagi sakit?" kata Jeno agak berbisik, menatap bocah 2 tahunan itu.

Namun sepertinya Renjun tidak mendengar, pun juga tidak mengerti.

"Heh jun. Lo.. Sayang kan sama Eric?"

Kali ini Renjun mengangguk, agaknya sedikit banyak mengerti. Tangan kecilnya mengucek sendiri matanya yang masih mengeluarkan air mata.

"Maka nya.. Kalau sayang lo jangan nangis, ntar dia keganggu terus makin sakit gimana?"

"K-kak Eric. Dad jen, injunn gak mau tidurr"

"Harus tidur. Udah malem"

"S-susu.. Injun- mau s-susu"

"Lo udah minum susu tadi, jangan macem-macem cepet tidur" si ayah angkat malah berkacak pinggang merasa jika Renjun hendak mengelabuhinya.

Jeno berdiri lagi, dia tatap Renjun sebal agak emosi juga mendengar suara tangisan Renjun yang seolah tidak mau berhenti. Pusing, Jeno juga butuh istirahat.

Jangan sampai Jeno kebablasan.

"Dad..jen, du-

"Tidur ya tidur!" bentak Jeno, badan kecil Renjun tersentak mendengar suara yang tiba-tiba itu. Reflek saja menangis lagi.

Jeno mau marah. Tapi melihat Renjun yang terkejut tadi hingga isaknya terjeda membuat Jeno merasa bersalah telah membentak.

"Njun, diem coba" masih tidak ada pergerakan lagi dari Jeno bahkan untuk membujuk Renjun.

Si besar masih berdiri memperhatikan Renjun yang masih menangis, tiba-tiba saja Renjun berdiri lalu takut-takut anak itu menghadap Jeno.

Tangan kecilnya terangkat seolah meminta di gendong namun dengan gerak-gerik ketakutan juga.

Jeno diam saja, sedetik dua detik masih Jeno biarkan.

Hingga beberapa detik kemudian Jeno mencoba mengalah, menyambut lebar tangan Renjun. Di angkat tubuh kecil yang bergetar itu, sekarang menempel seperti koala. Wajahnya bahkan di sembunyikan pada ceruk leher si ayah angkat, meredam tangis.

"Udah? Diem"

Renjun hanya sesenggukan, si kecil juga merasa tidak nyaman tanpa sebab. Ia memang lelah namun tidak bisa tidur, Renjun juga merasa sebal saat mendengar pinta Jeno menyuruhnya tidur terus terusan.

"Kalau lo kebanyakan minum.. Ntar lo ngompol, sebelum tidur aja nyebelin kayak gini apalagi kalau kebangun tengah malem kayak kemaren-kemaren" dumel Jeno, Renjun memang suka begitu.

"Mau apa? Nonton tv dulu? Ayo.. Jangan minum terus.. Barusan udah abis dua gelas besar, belum lagi minum susu punya gue tadi" tanpa sadar, nada bicara Jeno memelan. "Moomin dulu? Biar ngantuk?" tanya Jeno halus.

Kepala Renjun bergerak mengangguk, wajahnya di angkat menatap Jeno dengan mata berair. Tangannya bergerak acak di tengkuk Jeno lalu mengangguk lagi.

"Moomin" ujarnya, walaupun masih dengan suara yang bergetar dan bibir yang melengkung ke bawah.

"Ya udah ayo"

.
.

Alhasil pukul setengah sembilan malam begini Jeno menemani Renjun menonton TV, ruangan yang gelap hanya sinar dari lebar layar di depan.

Renjun duduk di pangkuan Jeno menikmati kartun kesukaannya disana, tangisnya tadi mereda. Tinggal menunggu kantuk Renjun.

Namun sepertinya, kantuk Jeno duluan yang datang. Tangannya yang tadi memeluk perut kecil Renjun mulai mengendor. Menyandarkan tubuhnya lebih nyaman pada sofa lalu terpejam.

"Hm?"

Renjun bergerak di pangkuannya. "Dad.. Mau pipis" bisik Renjun.

Mau tidak mau Jeno membuka lagi matanya dan mengantar Renjun untuk buang air kecil.

Lihat kan?

Ya begini jadinya kalau kebanyakan minum sebelum tidur. Untung saja belum terlelap, ia tidak mau Renjun semakin rewel kalau-kalau terbangun tengah malam.

"Udah mau tidur?"

Renjun menggeleng. "Moomin"

Bilang moomin tapi matanya sayu, nampak ngantuk.

"Repot banget sih" gerutu Jeno, matanya udah gak kuat terbuka lebih lebar. Bahkan tadi hampir terpeleset di kamar mandi saat membantu Renjun.

"Enggak. Tidur dad jen, tidur.. Injun" racau si kecil, sepertinya memang mengantuk.

Jeno bawa kembali ke kamar lalu membantu Renjun berbaring. "Selimutan sendiri, tidur gak pake nangis. Paham?" seru Jeno. Masih saja dengan peran garangnya.

Renjun bergeming, cukup malas untuk mengambil selimut. Namun sedetik kemudian meraih tangan Jeno untuk ia kecup punggung tangannya tanpa aba-aba. Kembali berbaring hingga langsung saja memejamkan mata dan tertidur.

Jeno bingung dengan aksi Renjun yang tiba-tiba tanpa di duga. Ntahlah tapi hati Jeno menghangat,

Pada akhirnya, Jeno sendiri yang menyelimuti Renjun. Menguap lalu mengusap rambut si bocil dan beranjak untuk mematikan lampu kemudian pergi.










TBC


Udah lama banget gak buka aplikasi oren ini. Akunnya juga berdebu 😃😃
Mampir iseng ngetik dikit 👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby Renjunnie ver 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang