•Renjun 2 setengah tahun•
Eric mengelus surai lembut Renjun, tersenyum tulus melihat Renjun yang semakin hari terlihat menggemaskan. Ia merasa tak ada rugi sama sekali memaksa kakaknya untuk mengadopsi Renjun, rasa kesepiannya hilang di gantikan dengan kebahagiaan saat mendengar Renjun tertawa lepas. Tawa nya sangat memancing siapapun yang mendengar akan ikut senantiasa tertawa.
"Jadi? ini apa?" tanya Eric mengangkat mainan berbentuk jenis sayuran berwarna orange pada Renjun.
"Wortel" jawab Renjun semangat.
"Kalau ini?"
"Tomat!!"
"Ini?"
"Pisang!!"
"Ini siapa?" Eric menunjuk dirinya sendiri
"Kak Eric"
"Kalau itu?"
Giliran Telunjuk Eric yang menunjuk kearah Jeno yang kebetulan lewat menuju dapur.
"Daddy!!" seru nya paling keras. Membuat Jeno yang mendengar reflek menoleh.
"Pintar" Eric mencubit gemas pipi tembam Renjun, setelah itu baru ia teringat ia harus mengerjakan tugas kuliahnya. Saking bersemangatnya bermain dengan Renjun membuatnya hampir saja terlupa.
"BANG JENOO!!"
Jeno muncul begitu saja karena memang sudah selesai dengan urusannya di dapur, urusan minum maksudnya. Menghampiri Eric yang tadi memanggilnya.
"Kenapa?"
"Titip Injun dulu"
"Mau kemana lo?"
"Mau selesaiin tugas"
"Gue mau tidur" tolaknya berniat kembali mengambil langkah.
"Heh! apa susahnya sih bang jagain bentar doang. Renjun juga ga nakal"
"Iya sama lo ga nakal, sama gue tingkahnya kaya setan"
"Gue mau selesaiin tugas gue tinggal dikit"
"Kalo tinggal dikit ajak aja ke kamar lo"
Eric menggeram gemas, kakaknya ini sebenarnya punya dendam apa sih sama Renjun?
"Dia masih mau disini, Injun suka belajar jadi lo ajarin dia ya"
"Ajarin apaan?"
"Ya apa aja gitu yang guna!" tuh kan, si adik kesayangan jadi nge gas.
Tanpa menunggu balasan Jeno, Eric berbalik dan pergi berjalan menuju kamarnya. Membiarkan Jeno yang lagi-lagi menghela nafas karena sebal.
Jeno pun duduk dihadapan Renjun yang masih senyum-senyum memperhatikan pergerakannya. Mengambil alih buku tipis dari tangan anak kecil itu cepat, sedikit membuat Renjun terkejut.
"Dad"
Jeno menoleh lagi, kearah wajah Renjun tepatnya.
Jika diperhatikan, Renjun memang memiliki wajah yang menggemaskan dan super imut, Jeno mengakuinya. Tapi tetap saja rasanya aneh. Jeno bukan termasuk pria yang sangat suka pada anak kecil, mungkin itu salah satu alasannya.
"Kenapa?" meskipun begitu, Jeno terima-terima saja di panggil dengan sebutan 'Daddy'.
"Tomat warnanya merah-"
"Bayam warnanya hijau"
Jeno diam sejenak, tidak tau kenapa ia hanya ingin mendengarkan Renjun yang mendadak semakin pintar.
"Trus?"
"Injun anak daddy Jeno"
"Injun adik kak Eric"
Jeno membiarkan. Sebenarnya, sedikit kagum bagaimana kecerdasan anak ini. Di usia nya yang belum genap 3 tahun memiliki daya ingat yang lumayan tinggi.
"Lo pengen gue puji pinter?" tanya Jeno yang tentu saja Renjun tidak begitu paham. "Sebenernya gue emang kagum, tapi bukan sama lo. Kagumnya ke adek gue yang udah usaha ajarin elo" lanjutnya.
"Makasih dad"
Makasih?
Buat apa?
Dia pikir Jeno sedang memujinya?
Ga nyambung memang."Kok makasih?"
Renjun hanya diam tidak bersuara lagi, menengadahkan tangannya meminta agar Jeno mengembalikan bukunya. Malam ini termasuk waktu paling lama nya menemani Renjun.
Itu karena adiknya yang memang suka memaksa.
Next Later
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Renjunnie ver 2
General FictionSikap Jeno sedikit keras ketika menghadapi 'anak' angkatnya. Bukan, bukan keinginanya untuk memiliki anak seperti Renjun. Itu semua keinginan adik kandungnya, Eric. Eric yang berani mengancamnya akan membenci Jeno seumur hidup jika ia tidak mengado...