•Renjun 2 setengah tahun•
"Bang, beliin anak ayam warna warni"
"Ayam apa?" Jeno bertanya lagi, memastikan ia tidak salah dengar.
"Ayam rainbow"
"Apaan sih?"
"Ga usah pura-pura ngga tau! Cepat sana beli" Eric habis kesabaran.
"Ck, pasti si setan cilik lagi"
"Siapa yang lo bilang setan cilik ha?"
"Anak lo lah"
"Anak lo, Injun adek gue"
"Bukan anak gue"
"Bang Jenoo"
"Iya iya ayam rainbow. Tapi mau beli dimana?"
"Ya bang Jeno pikir sendiri lah"
"Gue mana tau"
"Pokoknya cepet beli"
Jeno lelah,
Mau tenggelam aja rasanya.
Diperbudak adek sama anak orang.
Mau tidak mau, Jeno akhirnya mau juga keluar rumah. Lagi-lagi untuk anak kecil menyebalkan itu. Jika bukan karena Eric memaksanya, Jeno benar-benar malas menuruti kemauan konyol Renjun.
Bocah kelebihan tingkah itu sangat bisa merayu Eric, hanya dengan tipuan air mata saja Eric mau melakukan apapun, termasuk memaksa Jeno dengan sadis nya.
"Buat apa juga sih beli ayam begituan, mending kan ayam goreng bisa dimakan"
Sepanjang perjalanan Jeno hanya mendumel, mengolok-olok nama Renjun dan memukul stir gemas. Jeno tidak bisa jika terus dipaksa seperti ini, apalagi untuk anak itu yang bahkan bukan anak kandungnya sendiri.
"Udah sore dan gue baru nemu nih ayam. Liat aja, gue bawa pulang, gue suruh makan nih ayam hidup-hidup sama Renjun" kesalnya.
.
.Bukan masalah anak ayam nya yang mahal..
Jeno susah payah mencari penjual ayam rainbow yang hampir punah itu, bukan untuk sekali mainan dan disiksa seperti sekarang ini.
Bocah agresif itu memainkan anak ayam layaknya memainkan boneka moomin nya. Diputar ke kiri-kanan di seret ke depan-belakang dan cekikan-cekikan mematikan Renjun nyata terlihat oleh Jeno.
"Gue emang ngga ikhlas ya beliin ini ayam buat lo, tapi kalo lo main nya kaya begitu bisa bablas itu nyawa ayam" Jeno menghentikan tangan Renjun.
"Daddy Jen mau main?" Ditatap seperti itu oleh Jeno malah membuat Renjun mengangkat kedua alisnya bingung.
"Lo ngerti ngga gue ngomong apa?"
"Ayam"
"Tau ah"
Jeno melepas lagi tangan Renjun, kembali lagi anak itu memainkan anak ayam dengan beringas. Suara nyaring ayam tentu saja membuat bising ruangan, apalagi ruangan ini begitu sunyi hanya ada dirinya dan juga Renjun.
Jeno membuang nafas berat, dan bisa-bisanya Eric tahan dengan suara siksaan anak ayam tidak berdosa ini.
"ERICC. UDAH BELUM LO MASAKNYA? GUE UDAH NGGA TAHAN NIH. KASIAN ANAK AYAMNYA UDAH KEJANG-KEJANG" teriak Jeno, berharap Eric yang ada di dapur tepatnya di sebelah ruangan ini mendengarnya.
"Daddy Jen pegang"
"Ngga, lo kalo mau buat dosa jangan ngajak-ngajak dong"
"Dad ayam"
"Iya itu dari tadi juga ayamm"
Jeno menahan kesalnya, ia mengerti jika Renjun memang masih bayi. Tapi kalo bayinya modelan Renjun coba deh bagaimana Jeno tidak emosi.
"Njun, lo kemaren udah mutilasi belalang loh"
"Injun mau buat ayam goreng"
"Yah mati deh" Jeno lihat sendiri bagaimana anak ayam kuning itu yang sudah tidak bergerak di tangan Renjun.
Cklekk!
"Kenapa?"
"Mending lo siapin liang lahat deh sekarang, anak ayam nya udah lewat satu"
"Injun.. injun ngga boleh gitu lagi kasihan ayamnya tuh"
"Injun mau ayam goreng"
"Ayam goreng udah kakak siapin di dapur" Eric meringis pelan, mengambil alih anak ayam malang itu untuk ia letakkan dilantai. "Ayo sayang cuci tangan Injun dulu, habis itu makan ayam goreng"
"Trus nih ayam mati gimana?"
"Abang yang urus lah"
"Kok gue?"
"Abang mau cuci tangan Injun? Nyiapin makan buat Injun? Nyuapin Injun?"
"Ngga"
"Ya udah"
Sabar
Jeno sabar, sampai akhirnya menyerah dan kembali menurut. Memunguti dua anak ayam yang masih selamat dari siksaan Renjun untuk di letakkan pada kardus cukup besar dan memberinya makan.
Selagi kembali memakai sarung tangan dan mengurus anak ayam yang sudah tidak bernyawa itu. Dalam hati Jeno merasa iba, belum genap dua jam anak ayam itu menginjakkan kakinya di rumah Jeno kini harus lenyap akibat tangan jahat Renjun.
"Gue ngga ikutan ya yam, dia juga bukan anak gue kok"
Jeno pasti sudah gila.
Next Later
Malem-malem ngetik ginian, maaf kalo garing :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Renjunnie ver 2
General FictionSikap Jeno sedikit keras ketika menghadapi 'anak' angkatnya. Bukan, bukan keinginanya untuk memiliki anak seperti Renjun. Itu semua keinginan adik kandungnya, Eric. Eric yang berani mengancamnya akan membenci Jeno seumur hidup jika ia tidak mengado...