Wibi-03

75 5 0
                                    

Ini sudah waktunya berangkat ke kantor tapi Alesha belum juga keluar dari kamar. Saya coba kentuk pintunya beberapa kali tapi tak juga ada jawaban. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu?

"Alesha?"

"Kamu gak apa-apa?"

"Masuk, Mas!" jawabnya dari dalam. Ini pertama kalinya dia membiarkan saya masuk tanpa membukakan pintu. Saya segera melihat ke dalam kamar yang tak banyak berubah dengan suasana sebelumnya dan mendapatinya tertidur dengan wajah yang memerah juga tampak lemah. "Kamu gak enak badan kah?" tanya saya.

"Kayaknya, Mas. Kepalaku sakit banget, badanku juga sakit."

Saya segera menyentuh dahinya dengan telapak tangan, lalu rasa panas yang cukup menyengat di sana membuat saya terkejut. Bagaimana dia bisa sepanas ini? Sejak kapan? Bisa-bisanya saya gak tahu kalau dia sedang tidak enak badan. Saya tidak bisa menyembunyikan kalau saya panik dan segera menelepon Yonathan, asisten saya dan memberitahunya bahwa saya harus cuti karena istri saya sakit.

Tak lupa menghubungi kantor Alesha juga untuk memberi kabar itu. Kalau saya sakit, Oppung akan segera memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa juga meresepkan obat yang memang sangat manjur dan berhasil membuat saya lebih baik hanya dalam waktu sehari dua hari. Lagipula saya tidak bisa pergi ke rumah sakit sejak Papa dan Mama meninggal. Semua mimpi buruk itu akan datang lagi, bising dan bau rumah sakit yang paling saya benci. Mungkin sebaiknya saya menghubungi ibu mertua saya dulu, barangkali mereka ada dokter kepercayaan keluarga sebelumnya.

"Iya, Mas Wibi?" sapa Ibu dari seberang sana.

"Bu, Alesha lagi gak enak badan. Barangkali ada dokter yang biasa dipanggil ke rumah ..."

"Alesha sakit, Mas?" tanya beliau dengan nada panik.

"Iya, Bu. Badannya panas."

"Duh, Ibu lagi di bantuin Anna siapin surat-surat pernikahannya. Nanti kalau udah selesai Ibu ke sana."

"Gak apa-apa, Bu. Kalau misal Ibu lagi sibuk, kan ada saya."

"Alesha paling suka dibuatin bubur, Mas. Trus biasanya kalau panas sama gak enak badan ada obat yang biasa dia minum. Nanti Ibu kirim fotonya. Maaf ya Alesha jadi ngerepotin Mas Wibi."

"Loh gapapa, Bu. Kan Alesha istri saya. Maaf ya Bu, saya juga gak bisa jaga Alesha sampe sakit kayak gini."

"Biasa dia kalau stres sama kecapekan banget pasti gak enak badan."

"Iya, kemaren kayaknya lembur terus. Makasih ya, Bu. Nanti saya kabarin lagi."

Setelah menutup sambungan telepon, saya segera berinisiatif untuk membuatkan Alesha bubur, dan ini yang pertama kalinya dalam hidup saya memasak bubur sendiri.

"Bisa?" tanya Alesha.

"Masak nasi tambah air aja kan?"

"Iya, kasih rasa sedikit."

Saya mengangguk dan langsung mempersiapkan segala macam peralatan. Sebuah panci kecil dengan secentong nasi yang dimasak Alesha kemarin sore, lalu menambahkan sejumlah air hingga nasi itu berenang. Setelah menyalakan kompor, saya mengaduknya beberapa kali sambil melihat tutorial dari youtube. Katanya saya harus menambahkan garam atau penyedap, tapi mengapa sedikit sekali? Saya bahkan hampir tak bisa melihatnya. Nanti rasanya pasti jadi hambar. Kasian Alesha, saya mungkin harus menambahkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi hingga dia bisa menikmatinya nanti.

Setelah terus mengaduk dan menunggu beberapa saat hingga air menyusut, saya langsung mematikan kompor dan menghidangkannya di atas mangkuk dengan taburan bawang goreng dan bawang daun. Tak lupa menambahkan beberapa potong nugget yang saya masukkan ke air fryer tadi.

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang