15-2

156 7 2
                                    


"T-tolonngg Yan-nna .... M-mbbu!" Yana beteriak mengeluarkan suaranya yang tercekat di tenggorokan. Sang ibu hanya tersenyum tenang dan mengibaskan lengannya. Sesuatu berubah dengan cepat di hulu sungai. Sebelum Yana sadar arus air yang semula tenang mendadak bergemuruh dan berbuih lalu menerjangnya dengan cepat. Yana terseret arus dan timbul tenggelam. Kepalanya naik turun tangannya melambai-lambai pada ibunya yang perlahan-lahan berubah menjadi sosok menakutkan dan menertawakannya. 

Bukan ibunya yang berpakaian dan selendang ungu. Namun sosok berpakaian warna merah, seringai menakutkan dan wajah yang sangat dikenalinya! Wajah cantik tetapi menakutkan dengan pandangan penuh kebencian seolah-olah ingin memangsanya. Yana tersentak dan melonjak-lonjak kesakitan. Namun, air bah yang bergulung dengan cepat menelannya ke dasar sungai. 

Yana menggapai-gapai di dalam sungai yang dalam. Sesuatu muncul dari dasar sungai dan menarik kakinya. Yana melihatnya makhluk menakutkan dengan wajah mirip perempuan yang meracuninya. Perempuan jahat itu! Dia datang lagi dan ingin membunuh Yana sekali lagi. 

Wajah ibunya, wajah semua kakak-kakaknya, wajah neneknya, pamannya, wajah Anaya, semua muncul dalam benaknya. Yana berteriak meminta tolong. Namun mereka malah menghilang perlahan-lahan. Yana seperti kehidupan harapan dan pegangan. 

Kakk Ayy .... Ammar ... Jakka ... Nanna ... Nennek.... Pammann... kalian semua ...sudah janji akan menjaga dan takkan meninggalkan aku. Namun nyatanya, kalian semua pergi dan membiarkan aku tenggelam di makan siluman sungai...

Yana pasrah dan mulai menyerah. Dia menerima takdirnya jika harus berakhir saat itu. Meskipun dia tahu Anaya dan semuanya pasti akan bersedih. Namun, barangkali dengan begitu dia bisa cepat bertemu ibunya  di surga seperti kata Amar. 

Namun di saat kritis itu ada sesosok bayang wajah yang muncul. Wajah Anaya yang bersatu dengan wajah ibunya. Dia mengulurkan tangannya yang kasar, hitam dan berbulu seperti bukan tangannya, lalu menariknya dari dasar sungai yang gelap, menakutkan dan menyakitkan. 

***

Sementara itu jauh di belahan hutan lain di waktu yang bersamaan, Anaya merasakan jantungnya berdegup kencang. Pikirannya menjadi gelisah. Dia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. 

"Ya Rabb. Ya Semesta. Ya, Hutan Larangan. Maafkan jika aku telah mengusik kedamaianmu. Namun, bantulah aku menemukan dan menyelamatkan Yana. Lindungilah anak yang tak berdosa itu."

Air mata Anaya mendadak berderai. Hatinya terasa sakit. Dia memegang jantungnya dan terduduk lemas. Dalam benaknya yang buntu muncul sesosok wajah yang selalu hadir dalam mimpinya. Meskipun Anaya tak begitu ingat. Namun, dia yakin kehadirannya erat kaitannya dengan kedatangan Anaya ke desa ini. 

Anaya teringat ucapan Nenek Suniah bahwa ibunya Yana bernama Nyai  Rengganis adalah sosok yang misterius dan bukan orang sembarangan. Namun kematian tiba-tiba yang mencurigakan dan tragedi yang tak henti-henti menimpa keluarga mereka, pasti ada seseorang atau kekuatan di baliknya. 

"Nyai Rengganis, jika keberadaanmu ada dan nyata, serta tujuanmu memanggilku adalah untuk menjaga keluargamu, maka sekarang saatnya. Keluarlah. Bantulah aku, anak bungsumu sedang dalam kesulitan! Keluarlah!"

Anaya berteriak-teriak dalam hutan seolah-olah dia yakin sosok perempuan misterius kunci dari segalanya itu ada dan mendengarnya. 

Suasana mendadak sunyi senyap. Anaya merasakan angin bergerak beputar-putar lembut. Dia melihat kabut perlahan-lahan turun dan menyelingkupi sekelilingnya. Dalam samar, Anaya melihat sesosok tak jelas berdiri di hadapannya lalu melayang menuju ke ke arah kabut yang paling tebal.

Tiba-tiba Anaya seperti melihat menyaksikan sebuah peristiwa seperti rekaman film dokumenter yang berputar. Kejadian demi kejadian mengerikan muncul di depannya. Dia seolah-olah berada di dimensi lain dan waktu yang lain. 

Anaya melihat semuanya. Tragedi pembunuhan, pemerkosaan dan bahkan semua dialog-dialognya dengan jelas. Sumpah dan kutukan Nyai Rengganis yang menarik berkumpul semua energi langit, bumi dan hutan serta petir yang menyambar-nyambar seakan-akan mengaminkannya. 

Anaya merinding dan menggigil ketakutan. Betapa ada manusia dur jana dan kejam seperti Juragan Jaya. Manusia terkutuk itu! Memang dia pantas untuk dikutuk dan menerima pembalasan karma. 

Anaya kemudian melihat dengan jelas bahwa sumpah Nyai Rengganis dan telunjuk yang mengarah tepat padanya serta sorot mata tajam yang menatapnya. 

"Aku bersumpah! Akan datang seorang perempuan yang akan membalaskan dendamku dan mewakili ku menghancurkan hidupmu, Jaya! Langit dan Bumi! Hutan dan segala isinya! Saksikanlah! Sumpah Rengganis dan terimalah kutukan ini untuk Jaya!"







DENDAM NYAI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang