13-2.

110 6 0
                                    

Meskipun hati Anaya berat meninggalkan Yana. Namun, urusannya jauh lebih mendesak. Anaya sudah tertahan di desa beberapa hari. Sedangkan ibunya entah di mana. Dia yakin bahwa ibunya masih hidup di suatu tempat dan menunggunya menemukannya. 

Yana yang tertidur pulas bermimpi indah bermain dengan Ayana dan sosok seorang ibu tanpa wajah jelas. Namun dalam mimpinya tiba-tiba Anaya pergi menjauh. Yana menangis dalam mimpinya. Namun sesosok lembut menyuruhnya bangun dan mengikuti Anaya.

"Bangunlah, Yana! Ikuti Kakak Iparmu."

Yana tersentak bangun dan melihat Anaya yang sedang menyelinap dan mengendap-endap keluar kamar. Yana pun bergegas bangun dan diam-diam mengikutinya. 

Anaya memilih jalan-jalan setapak yang tidak dilalui banyak orang. Dia menuju jalan ke kota. Di tengah jalan dia merasa ada seseorang mengikutinya. Kala berhenti dan menoleh ke belakang, dia tak melihat apa-apa karena Yana bersembunyi. Kala berjalan dia kembali merasa diikuti. Namun, dia memilih mengabaikannya. 

Anaya berjalan menuju hutan. Di sana ada dua jalan satu menuju desa sebelah. Satu menuju hutan. Menurut peta para pendaki yang dia miliki, jalan menuju hutan adalah jalan pintas menuju desa sebelah. Meskipun jalan terjal tetapi lebih cepat sampai ke desa. Jalan biasa yang harus menyebrangi sungai besar dan menelusuri kampung demi kampung. 

Sebuah persimpangan jalan setapak menghentikan langkah Anaya. Untuk beberapa saat dia memperhatikan sekeliling. Arah kiri terlihat banyak pepohonan dan semak belukar merapat. Arah kanan terlihat jarang pepohonan dan memiliki bebatuan yang banyak. Anaya membuka petanya dan melihat petunjuk yang tak jelas kala di persimpangan.

Anaya berpikir sesuai ilmu yang dipelajarinya jika arah ke kota atau pemukiman kampung lain adalah yang jarang pepohonannya. Namun, hati kecilnya bergeming dan mengatakan ada sesuatu yang salah. Kata orang, kiri simbol ketidakbaikan dan kanan simbol kebaikan. Akan tetapi, Anaya akhirnya memutuskan memilih jalan ke kiri. Feelingnya mengatakan itu jalan yang benar menuju kota. 

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Bulu kuduknya seketika berdiri. Tiba-tiba angin berembus kencang berpusar-pusar menerpa tubuhnya dan pepohonan hingga suaranya terdengar seperti ranting-ranting dan dahan seakan-akan hendak patah dan tumbang. Anaya mendengsr mendengar jeritan di belakangnya. Dia pun refleks menoleh dan melihat Yana ketakutan dan berpegangan pada sebatang pohon.

Angin terus berpusar membentuk pusaran pu*ing beliung dan menghampiri tempat Yana berdiri.

Anaya berteriak."Yana!" Dengan susah payah dia berlari melawan tekanan angin dan sapuan daun dan ranting yang menimpa tubuhnya. Tangannya digunakan untuk melindungi wajahnya dan merangkak mendekati Yana yang ketakutan dan siap diterbangkan angin. 

"Ay! Ay! Yana takuutt!!!" Yana berteriak-teriak dengan tubuh yang gemetar. 

"Diam  di sana dan pegangan ke pohon yang erat! di sana! Kak Ay akan menjemputmu!" teriak Anaya dengan suara yang tak jelas ditelan angin. 

Anaya berlari dengan memanfaatkan celah dari satu pohon ke pohon lainnya. Hingga tepat sebelum angin aneh itu menyapu tempat Yana berdiri dia berhasil menjangkaunya dan membawa Yana berlari ke balik bebatuan. 

Ketika mereka berhasil menjauh, sebuah pohon terdengar tumbang di belakang mereka. Anaya merasakan perasaan merinding yang sangat kuat. Dia pun berlari ke arah jalan kanan dan bersembunyi di antara bebatuan sampai angin mereda. 

Setelah berapa lama, pu*ung beliung itu sudah menjauh. Namun, angin masih kencang dan menyapu jalanan ke arah kiri hingga tertutup debu-debu dan dedaunan. Anaya memeluk Yana yang gemetar ketakutan di sampingnya. 

"Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" Anaya merasa syok dan lemas memikirkan semua kejadian buruk yang menimpa mereka dan mungkin lebih buruk lagi jika angin itu menyeret mereka. 


Catatan:

[1]. Kored: cangkul kecil untuk membersihkan rumput. 

[2]. Amben: dipan kayu atau bambu untuk tempat duduk. 

***

Terima kasih sudah berkenan membaca. Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya adar semangat postingnya.

DENDAM NYAI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang