[9]. Nenek Suniah

139 4 3
                                    

Anaya dan Yana berjalan menuju rumah Nenek Suniah. Mereka bergandengan tangan sepanjang jalan. Seperti kakak perempuan dan adik lelakinya. Rumah Nenek Suniah tidak terlalu jauh dengan rumah Jaka, hanya dipisahkan oleh halaman kebun yang luas milik Nenek, pagar tanaman hidup, rumpun bambu kuning dan selokan kecil. Anaya menikmati pemandangan di sekitar rumah mereka. Sejauh mata memandang hanyalah sawah-sawah yang membentang dikelilingi sungai dan berbatasan dengan kebun-kebun penduduk. Sangat menyejukkan mata. Seperti berada di negeri surga.

"Assalamualaikum, punten, Nek. Kami datang ...." Anaya menyapa mengucap salam terlebih dahulu ketika rumah panggung yang lebih bagus dan megah itu tampak sepi dari luar.

Yana menarik tangan Anaya masuk ke dalam, menaiki tangga batu dan dipan di depan pintu. Lalu mendorong pintu yang tak dikunci.

"Yana, Ana, kalian datang?" Nenek Suniah yang sedang duduk di pojok ruangan menekuni menganyam lembaran tipis bambu untuk tampah menghentikan kegiatannya. Melihat seseorang membuka pintu. Pantas saja tak mendengar ucapan Anaya tadi.

"Nenek," sapa Anaya. Sementara Yana mendekat dan langsung direngkuh Nenek Suniah. Bocah lelaki itu tak menolak. Selain dekat dengan Amar dan Jaka, Yana pun sangat dekat dengan Nenek Suniah.

Anaya tidak membawa apa pun dari rumah mereka karena mereka memang tidak memiliki apa-apa. Namun, di dalam ranselnya, ia menyimpan banyak camilan seperti biskuit, cokelat, permen, dan mi instan. Bagi penduduk desa terpencil, makanan yang Anaya bawa adalah makanan langka dan mewah. Beruntunglah, sebelum pergi dia sempat mengambil beberapa bungkus.

"Nenek, terimalah oleh-oleh ini. Maaf, Anaya tidak sempat membawa sesuatu yang lebih layak untuk Nenek. Lain kali, Anaya akan membelikan makanan sehat dan cenderamata yang bagus untuk Nenek."

"Tidak apa, cucu menantuku. Mengapa repot-repot membawa segala macam. Ini untuk kalian saja," Nenek memahami kondisi Anaya dari cerita Jana. Yana malah tertarik memperhatikan makanan yang keluar dari tas selendang Anaya.

"Yana, itu untuk Nenek. Di rumah masih banyak Kalau Yana mau, Kakak Ay akan memberikan kue yang lezat nanti."

Yana terdiam sejenak lalu menunjuk permen dan cokelat. "Ya, itu juga. Namun, kamu tidak boleh makan terlalu banyak, ya. Nanti gigimu akan berlubang dan kamu tidak bisa tidur." Yana mengangguk patuh.

Nenek Suniah terkejut melihat hal tersebut. Sebelumnya, dia tidak mampu mengendalikan Yana ketika anak itu menginginkan sesuatu. Namun juga, dia tidak bisa juga membujuknya untuk memakan atau melakukan sesuatu. Yana melakukan apa yang diinginkannya. Namun, Nenek tidak ikut campur dengan cara Anaya mendidik Yana, karena jika tidak, anak tersebut akan mengamuk tak terkendali.

Terkadang, jika keinginannya tidak terpenuhi, Yana akan mengamuk, tetapi Nenek melihat bahwa Anaya mampu mengendalikan Yana dan anak tersebut patuh padanya.

"Betul, Yana. Dengarkan apa kata Tetehmu ini. Nurut sama dia, ya. Dia pengganti ambu yang akan menjaga dan mengurusimu." Nenek memegang bahu Yana dan menatapnya. Yana meskipun pandangan tak fokus mengangguk-angguk seakan-akan mengerti nasehat neneknya.

Mendengar ucapan neneknya Yana, Anaya merasa bersalah dalam hatinya karena dia berniat meninggalkan mereka secepatnya. Namun, dia tak mengatakan apa pun dan membiarkan kedua orang itu bahagia dengan ekspektasinya.


"Nak Anaya, sepertinya Yana patuh padamu. Kamu mampu mendapatkan hatinya dan menjadi kakak serta ibu yang baik baginya," kata Nenek dengan senyuman. Anaya tahu bahwa dia tidak bisa menjadi kakak dan ibu yang baik, tetapi dia sedikit lebih memahami kondisi Yana dan cara menanganinya.

Selama ini, bagi orang-orang yang tidak memahami kondisi Yana, mereka akan menganggapnya anak nakal yang sulit diatur. Bahkan di kota besar, tidak semua orang dapat menerima dan mengurus anak seperti Yana dengan baik dan sabar, apalagi di desa yang terpencil dan pengetahuan tentang parenting dan tumbuh kembang anak terbatas.

DENDAM NYAI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang