Udara di ruangan itu seketika dipenuhi aroma lembut yang menggelitik hidung, saat seorang pelayan pria menghampiri meja makan sambil mendorong kereta saji yang berisi menu utama makan malam kali ini. Begitu kereta berhenti, dibantu dua pelayan lainnya, Anthony kini meletakkan menu makan malam selanjutnya di hadapan tuan rumah dan para tamunya.
Di atas piring porselen putih, sepotong daging panggang tersaji dengan sempurna. Perpaduan wangi khas daging domba yang baru saja keluar dari oven bercampur dengan aroma saus mint yang segar, menggelitik hidung siapapun yang ada duduk mengelilingi meja makan tersebut. Oh jangan lupakan harumnya rosemary dan lada hitam yang melapisi permukaan daging itu. Siapapun pasti langsung bisa membayangkan bagaimana nikmatnya hidangan tersebut.
"Terima kasih." Sherina tersenyum menatap sekilas pada pelayan yang baru saja menempatkan makanan itu di hadapannya. Ibu si kembar itu lantas meraih pisau dan garpunya lalu mulai menikmati makan malamnya.
"Bagaimana? Kau suka?" Mrs. Williams menatap penuh harap saat Sherina memasukkan potongan kecil ke mulutnya dan mengunyahnya pelan.
"Ini luar biasa, Liz." Sherina menjawab sambil tersenyum senang setelah menelan makanannya. "Tapi tetap saja, ini bagian terbaiknya." Katanya sambil menunjuk yorkshire pudding yang ada di salah satu sisi daging panggang tersebut.
"Mama bahkan turun langsung ke dapur dan membuatnya sendiri khusus untukmu." Grace menanbahkan. "Aku yang sudah beberapa minggu disini saja tak pernah mendapat perlakuan istimewa seperti itu."
"Oh hentikan, Grace." Mrs. Williams mengibaskan tangannya. "Kau bisa setiap saat kemari dan menikmatinya. Mama bahkan mengirimkannya sendiri ke rumahmu saat kau bilang kau merindukan puding itu."
"Kalian dengar? Hanya karena aku yang meminta. Jadi kalau aku diam saja mama mungkin akan lupa kalau aku adalah putrinya" Grace berkelakar membuat seisi meja itu tertawa.
"Grace, hentikan." Sherina menatap galak walau senyum geli itu masih setia menghiasi bibirnya.
"Jadi berapa lama rencananya kalian akan berada disini?" Arthur Williams membuka pembicaraan ketika kini tawa itu mereda.
"Mungkin dua atau tiga hari." Sherina menatap suaminya seolah minta persetujuan. Perempuan itu tersenyum saat Sadam mengangguk kemudian kembali menatap ayah temannya itu. "Kami tidak ingin terlalu lama merepotkan kalian."
"Oh hentikan." Grace mendahului sebelum mamanya. "Kau bahkan tidak setiap tahun kemari, Nyonya. Lagipula aku masih merindukan si kembar." Kali ini Grace menatap lembut pada Sakha dan Satria yang juga sedang menikmati makan malamnya diantara kedua orang tuanya.
Oh percayalah saat ku bilang para bayi tampan itu sedang menikmati makan malam, itu artinya mereka sedang mem-fungsi-kan makanannya sebagai salah satu produk perawatan wajah. Lihatlah, kentang tumbuk itu bahkan hampir memenuhi seluruh wajah Sakha sekarang.
"Grace benar, Sher." Kali ini Richard ikut berbicara. "Paling tidak kau harus seminggu disini supaya bisa menikmati liburan kalian."
Sadam tertawa pelan menanggapi sementara tangannya sibuk memotong daging dipiringnya menjadi potongan kecil-kecil supaya lebih mudah untuk dimakan. Ia kemudian menukar piring tersebut dengan milik istrinya. "Sepertinya kami memang akan seminggu disini. Tiga hari disini dan sisanya akan kami habiskan di London."
Sherina yang sesaat lalu tersenyum mendapati perlakuan manis sang suami untuknya kini menatap heran. "Sayang? Mau ngapain ke London?" Tanyanya pelan.
Sadam mengedikkan bahunya. "Mami papi yang mau. Lagian sekalian kita ngenalin anak-anak ke tempat kelahirannya juga nggak sih, Yang?"
"Kau bisa tinggal di apartemen pribadi kami selama disana." Mrs. Williams menawarkan sebelum ia menatap suaminya. "Atau mungkin kita juga ikut–"
"Ah tak perlu repot-repot, Nyonya." Mami memotong cepat sambil tersenyum tenang menatap nyonya rumah tersebut. "Sadam sudah ada rumah disana."

KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU 2
FanficThe epitome of THEY FELL FIRST AND THEY FELL HARDEST DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all the names, characters, businesses, places, events and incidents in this story are either the product of the author's imagina...