Suatu Yang Tak Terduga

160 16 22
                                    

Peringatan: darah, kekerasan dan luka. Jika anda membaca peringatan ini, teks selanjutnya anda akan membaca adegan eksplisit.

***

Ciuman dalam dan panjang terus terpagut dalam basahnya kedua belah bibir. Hendery mencium, menyesap dan menggigit bibir Xiaojun tanpa berhenti barang sedetik pun. Merapatkan tubuh satu sama lain dalam dekapan panas. Hembusan nafas sulit untuk keluar, membuat dada kian terasa sesak.

Disatu sisi Xiaojun tidak melawan. Menerima semua perlakuan dan sentuhan pada setiap sisi tubuhnya. Telapak tangan manusia yang hangat meremas dengan telaten, memberikan sensasi geli yang merangsangnya. Satu persatu pakaian ditanggalkan, membiarkan dua tubuh pria telanjang separuh. Hendery membaringkan tubuh Xiaojun ke sofa yang mereka duduki, menatap wajah yang tidak menunjukkan tanda-tanda perlawan. Di bawah kulitnya yang putih bersemu merah muda, Hendery kembali mencium bibir itu.

Gemerisik erangan dan desakan tubuh mereka yang seolah menggesek satu sama lain terdengar jelas di ruangan. Bagian bawah tubuhnya sudah tertutupi apapun lagi, Hendery bisa melihat seluruhnya dengan mata telanjang. Xiaojun memejamkan mata, antara menikmati suasana atau enggan menyaksikan semua proses, ketika Hendery membuka kakinya lebar-lebar dan mengecup kecil paha dalamnya.

“Engh…” Xiaojun segera mengangkat tangan dan menggigitnya. Meredam suara aneh yang reflek keluar saat lidah panas si manusia itu menjilati kulit polos di antara kakinya. 

Xiaojun pikir dirinya sudah kelewatan sekarang. Dia menikmati apa yang Hendery lakukan padanya. Sial. Itu benar-benar enak. Dia perlahan menolerir rasa sakit dan menginginkan kenikmatan yang mengaduk tubuh bawahnya sekarang. Setiap hujaman memberikan siksaan berat dan akal sehatnya ikut memudar seiring meningkatnya presisi titik tumpul yang menyodok didalam.

Hendery mencumbui tubuh atas yang beraroma segar seperti pomegranate. Giginya gatal seperti bayi berusia sepuluh bulan menggigit kulit putih susu di tulang selangka, bahu dan dadanya. Dia menjauhkan wajahnya dengan sengaja ingin melihat hasilnya. Namun matanya menampakkan ekspresi sedih karena tak ada satupun bercak yang dapat tertinggal. Hampir melupakan jika pria yang bersenggama dengannya ini bukan lagi manusia.

“Jun, kau ingin keluar?” tanya Hendery dengan suara bergetar. Tak dipungkiri dia juga menikmati yang menjepit dan memabukkan. Tempo kacau, membuat Xiaojun gagal mempertahankan kewarasannya. Di bawah tubuh Hendery, diatas sofa yang sempit untuk kegiatan panas mereka, Xiaojun merangkul leher Hendery dan terus meracau keenakan.

Xiaojun mendesah lebih keras ketika Hendery memaksa mengeluarkan hampir separuh bendanya dan mendorong pinggulnya kebawah, menusuk perut dalamnya tanpa ampun. Dia tidak ingat sudah berapa kali keluar, aroma amis dan lengket melekat di tubuh keduanya.

"Kau benar-benar nikmat, Jun. Ah, bisakah kau berhenti menjepitku seperti itu."

"A! Huf! Ah!" Xiaojun membelalak. Dia merasakan manusia ini keluar di dalamnya.

Kepalanya terkulai lemas. Dia kuat bertarung melawan sepuluh orang yang lebih besar, atau dia bisa mengalahkan si Roger dengan tangan kosong, namun entah bagaimana agaknya staminanya gampang luntur karena melakukan seks. 

Belum ada setengah jam mereka istirahat dan Xiaojun belum memulihkan diri separuh, bahkan sejak awal barang yang menyumbat lubangnya tidak ada sekalipun keluar mulai mengeras kesekian kalinya dan bergerak menyodoknya lagi.

"Kau sudah lama melakukan ini tapi aku belum dapat bagianku." lirih Xiaojun. Dia terlalu lemas sekarang. Dia memasrahkan tubuhnya pada manusia brengsek kelebihan peju ini.

Darah. Xiaojun merintih menginginkan darah sekarang. Kepalanya pusing, dan pandangan menjadi buram. Dia sudah terlalu kelelahan dan proses regenerasi memerlukan energi yang besar.

Cyfrinachol: henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang