-The Fixer-
"Setelah melewati segalanya berdua, aku tidak bisa memikirkan bagaimana lagi aku akan hidup jika tidak bersamamu. Kemudian aku sadar, bahwa aku tidak tahu waktu paling tepat selain hari ini untuk memintamu untuk hidup bersamaku selamanya"
Oh Lord!!!
Ji Won menarik napas, begitu juga Soo Hyun. Keduanya sama-sama tegang dalam posisi mereka sendiri.
"So, Kim Ji Won. Will you marry me?"
Pada akhirnya Soo Hyun menyatakan tujuan dan harapan komitmennya yang sangat serius. Menatap Ji Won penuh harap, dan cukup yakin atas senyumannya.
Lalu gadis yang dimintanya untuk menikah dan hidup bersama hingga akhir tua masih terus diam, napasnya yang naik turun sampai bisa didengar Soo Hyun.
Ji Won nampak gugup, sesak dan bahkan merasa bahwa seluruh tubuhnya memanas. Entah sensasi mana yang ia rasakan. Karena keseriusan Soo Hyun pada komitmen mereka. Atau karena sesuatu dari dirinya, dan juga ketakutannya yang masih ada, dan sangat besar.
"Soo Hyun, kau serius?"
Pertanyaan singkat, namun sangat sulit Ji Won sampaikan. Dan Soo Hyun mengangguk dengan tegas. Terlihat bahwa ia sudah sangat yakin atas keputusannya.
"Aku tahu, aku memang bukan pria sempurna. Ya, aku payah dalam banyak hal. Aku bahkan tidak tahu cara membuat teh", ujar Soo Hyun dengan canda untuk menghalau rasa gugupnya.
"Dan ya, aku juga tidak bisa berjanji untuk selalu membuatmu bahagia. Karena kau tahu, kau terlalu sempurna. Dan standartmu terlalu sulit ku ikuti jika itu yang membuatmu bahagia", lanjut Soo Hyun serius namun ditambahnya dengan sedikit lelucon.
"Yang bisa aku janjikan adalah, aku tidak akan pernah membuatmu menangis. Aku juga akan berusaha semampuku untuk membuatmu bahagia. Sekalipun gagal, ya aku tahu, kau sudah terlatih untuk memaafkanku"
Soo Hyun terus melanjutkan keseriusannya, menyampaikan kepada Ji Won yang mendengar dengan pergelutan dalam batinnya.
Akhirnya mereka sampai pada titik ini. Titik dimana Soo Hyun memperjelas akan kemana komitmen mereka, yang mana Ji Won selalu takut menghadapinya.
Ya, berkaca dari masa lalu. Terutama karena ayah serta ibunya. Luka itu tidak pernah sembuh, sampai sekarang sakitnya masih sama. Ji Won saja yang belajar mengendalikan.
"Tolong jangan membuatku berjongkok terlalu lama. Marmer ini benar-benar masalah untuk lututku yang indah", canda Soo Hyun terdengar memaksa Ji Won sambil berusaha menapik apa yang mungkin sedang dipikirkan Ji Won.
"Soo Hyun, apa kau seperti yang lain yang berpikir bahwa akhir dari cinta harus pernikahan?"
Bukannya menjawab, Ji Won justru menimpali dengan pertanyaan yang sempat merubah raut wajah Soo Hyun menjadi sedikit cemas.