Daniel
Antara seneng dan kesel. Dua perasaan yang sekarang gua rasain sekarang. Setelah sebelumnya Pak Aloy nentuin ketua kelompok-kelompok kecil untuk di desa nanti, sekarang gua dapet nama-nama anggota gua. Kalian mau denger good news dulu atau bad news?
Sebenernya good and bad news-nya itu jadi satu secara bersamaan. Gua yakin kalian udah bisa pada nebak kok.
BETUL.
Anggota kelompok di desa gua adalah James, secara dia house mate gua di desa. Jeni cewe kesayangan gua, dan tentunya satu paket sama bocah kampret, Niki. Dan masih ada empat orang lagi, Doni, Andy, Cindy dan juga Celine. Tau dong yang bikin gua seneng dan bete juga secara bersamaan apa. Kalau gua mau tuker, tandanya gua juga harus rela gak sekelompok sama Jeni. Dan gua jelas pengen sama Jeni. Menyebalkan. Sampe tuh bocah rese, gua gakan tulis namanya di tugas-tugas kelompok.Iya gua beneran bercanda kok soal ninggalin dia di hutan. Tenang aja yah.
Serius! Kok gak pada percaya sih? Calm down guys!
-.-.-.-
Gak perlu waktu lama, kita semua udah sampai di desa tujuan kita, dan sekarang lagi nunggu dan absensi semua murid yang ada di desa ini untuk di jemput sama orang tua asuh kita selama di desa. Kalau yang ada di pikirain kalian namanya desa itu kita semua tinggal di gubuk, atau rumah dari bambu bertingkat yang kalian liat di film-film, itu salah besar.
Ini memang di desa, yang banyak banget pohon tinggi dan berasa kaya di hutan, lebih tepatnya emang desa di dalam hutan sih ini, tapi rumah-rumahnya sudah layak kok. Menurut gua ini sudah bagus untuk ukuran desa, karna sudah jadi bangunan kokoh. Memang betul lantainya masih campur antara semen dan juga tanah, tidak ada kaca pada jendela, tapi ada gorden, dan jelas tidak ada AC. Tapi di sini udah dingin begini, gua rasa gak ada AC pun gak masalah. Intinya tidak seburuk itu kok. Tapi ada beberapa rumah yang kamar mandinya di luar rumah, jadi harus jalan beberapa meter untuk ke kamar mandi. Dan juga sama seperti desa pada umumnya, penerangannya kurang. But over all, not that bad.
"Niel, rumah kamu yang mana?"
"Kayanya rumah aku yang lebih jauh, rada ke atas bukit itu deh Jen."
"Oh gitu, yauda kalau gitu aku duluan ya Niel, itu Ibunya udah jemput. Nanti kamu mampir ya ke rumah aku..dadah!"
"Pasti! Kamu hati-hati ya Jen! Nanti sorean kita ngumpul lagi."
Bener aja dugaan gua, semua anak-anak cowo di kasih rumah yang lebih susah di tempuh atau lebih susah keadaannya. Contohnya gua sama James. Rumah yang akan kita tinggali, bukan aja cukup jauh dari tengah desa, tapi juga harus naik ke atas tanpa aspal yang jelas, mungkin hanya setengah yang sudah jadi aspal, dan sisanya masih tanah. Gak cuma itu aja, rumah gua gak ada toilet.
Nice!
Ini sarkastik ya guys! Bukan artinya gua suka atas keadaan ini loh.
Kalian nanya gua harus mandi dan buang dimana?
Sama, gua juga lagi nanya sama Bapak pemilik rumah.Damn it! Gua harus jalan jauh sekitar satu kilometer, dan itu pun bukan toilet normal, tapi semacam gubuk deket sungai dan ada sumur di luarnya.
Jadi maksudnya gua harus nimba dulu baru bisa pake kamar mandi?
Tarik napas Niel........
Gengsi juga gua kalau panik histeris kaya cewe, masalahnya si James kalem-kalem aja. Malu dong gua jadinya.Apa jangan-jangan si James udah teriak dalem hati ya, saking kagetnya sampe gak bisa keluar kata-kata? Who knows.......
"James, lu kok diem aja sih dari tadi? Buruan jalannya, itu Bapaknya udah nungguin."

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERS
Fiksyen Remaja"Tapi dia Nicole." - Jeniffer Tanu "Gua ga suka sama dia." - Nicole Huang "Capek banget sama tuh bocah jelmaan setan." - Nicolas Huang "Aku mau kamu pilih." - Daniel Davin