Makam mamah

1.4K 91 0
                                    

Banyak yang sayang sama danzel ya?




...

"Dady lagi? Ck" arvaz menggeleng heran melihat pintu kamar adiknya yang rusak parah

"Vaz cepat bangunkan adikmu pintu itu biar Dady panggilkan tukang. Ini sudah hampir jam tujuh tapi danzel belum bangun"

"Biarin si pah hari Minggu juga kan"

"Biar sarapan dulu kita kan mau jalan"

"Dih males papah aja yang bangunin"

"Ck"

...

Semua sarapan dengan tenang dimeja makan. Danzel dipangkuan salah satu abangnya minta disuapi.

Makan anteng sambil goyang ke kiri ke kanan. Sebenernya Aric cukup terganggu tapi mau bagaimana lagi? Liat tatapan polos minta diterkam itu, Aric benar benar tidak bisa kalau menyangkut yang gemes gemes!! Untung adek sendiri.

"Turun dulu dek Abang mu susah makannya"

"Biarin aja pah ntar nangis"

" Ka mau"

"Iya ngga turun kok" Aric tersenyum geli mengelus pipi danzel yang gembul jadi tambah gembul karena penuh makanan.

"Papah janji loh mau ajak zel jalan jalan! Jangan bohong laki!" Danzel memasang wajah segarang mungkin padahal gak ada garang garangnya. Arvaz menggigit sendoknya gemas, sementara arvin mengulum senyum tapi mengepalkan tangannya menahan untuk tidak mengurung danzel.

"Kemarin kan hujan sayang" ucap Joe

"Inget kata Abang kemarin?" Danzel mendongak lalu mengangguk setelah beberapa saat coba nginget ucapan Aric kemarin.

"Yaudah minta bi Tia buat mandiin kamu papah mau siap siap dulu" ujar Joe bangkit

"Tapi zel mau ke mamah dulu" celetuk danzel santai

Joe berheni sejenak menoleh kebelakang menatap danzel dalam. Ada rasa sakit dihatinya ketika mengingat hari dimana istrinya ditemukan mati mengenaskan dalam keadaan hamil, catrina mengandung danzel delapan bulan saat itu, itu pun belum genap. Joe menangis meratapi hidupnya yang acak acakan karena kehilangan cintanya. Tapi Joe mengingat danzel mengingat malam itu dokter bilang putra mereka harus segera dilahirkan prematur. Tanpa ba-bi-bu Joe segera menandatangani surat persetujuan berharap keduanya selamat.

Harapan hanyalah harapan. Setelah operasi yang memakan waktu setengah hari. Putra mereka lahir Danzel Vance Fenedrick lahir. Namun sayang sekali catrina tidak bisa diselamatkan, wanita cantik itu pergi meninggalkan nya tanpa pamit. Dunianya pergi, catrina pergi. Joe melurukan tubuhnya diatas lantai rumah sakit yang dingin menghiraukan orang orang yang menatapnya aneh.

Joe hancur sehancur hancurnya. Hidupnya lontang lantung tak jelas, mabuk, merokok, lembur, jarang makan sudah jadi kegiatan sehari hari nya mulai hari itu. Bahkan tubuhnya bisa dibilang tinggal tulang.

Saat pulang Joe menghiraukan bayi mungil tak berdosa yang menatapnya polos, pria itu langsung masuk ke kamar nya tanpa mempedulikan bayi danzel. Terus sampai beberapa bulan kemudian Joe sadar bahwa tindakannya sangat kekanakan. Danzel adalah makhluk yang istrinya perjuangkan. Mengapa ia malah bersikap seolah bayi itu adalah makhluk paling berdosa didunia ini?

Joe menghampiri bayi diranjang menatapnya kagum. Kulit seputih salju mata sipit biru lucunya rambut bayi itu pirang lebat! Padahal seingatnya garis keturunan pihaknya maupun alm. Catrina tidak ada yang berambut pirang.

"Sudah siap?" Tanya Joe menghampiri danzel yang memegang erat pegangan tasnya. Danzel mengangguk semangat, ada banyak binar bahagia Dimata anak itu.

"Ayo. Dadah dulu ke Abang" ujar Joe melirik sombong ketiga anaknya

"Babai Abang" sikembar dan Aric membalas ogah ogahan tapi berusaha menampilkan senyum bahagia. Mereka tidak rela papahnya memonopoli si boncel.

Penampilan danzel sangat lucu! Mengenakan Hoodie gede milik Aric dan pakai celana pendek sebagai bawahannya bahkan celana itu gak keliatan sekarang.

Seperti kesepakatan awal mereka akhirnya mengunjungi makam catrina lebih dlu

Danzel berjongkok

"Mamah... Zel kangen sekali! Tidak pernah tidak. Kata papah zel anak hebat loh juara satu terus hehe, sekarang zel sudah SMA sejauh ini tanpa mamah bisa! Zel bisa! Tapi suka sedih katau wajah cantik mamah... tapi zel sayang mamah papah dan Abang Abang juka. Disini banyak sekali nama mamah dikamar zel dikamar Abang, apa laki papah banyaaaaakkk banget zel sampai ketawa liat kamar papah mm apa ya kata Abang namanya, ah! Kamon! Iya kamon! Kakal kupon!" Joe tersenyum sendu mendengar isi hati danzel yang ya ampun! Lucu sekali cara pengucapan bocah itu.

"Papah tidak gagal move on " elak joe

"Bohong " Kata danzel bangkit

"Sudah?" Tanya Joe danzel mengangguk

Giliran Joe

"Sayang... Makasih ya udah perjuangin danzel. Aku beruntung punya bocah kayak dia. Lucu, aku sayang banget sama kamu ga pernah engga, maaf sama sikap aku dulu."

Danzel Vance Fenedrick (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang