Happy 1K Yeayy!
Dalam Perjalanan menuju rumah sakit. Suasana genting tiba tiba mobil mereka ditembak tanpa henti oleh mobil hitam yang sedari awal berusaha menyelip. Joe menambah kecepatan laju mobilnya, dalam hati semoga tidak terjadi apapun. Danzel butuh pertolongan segera bocah itu beberapa kali kejang kejang bahkan bibir ranum nya mulai membiru.
"Papah aku mohon...
"Tenanglah arvaz kau Cemen sekali papah pasti bisa melawan mere-
"Berisik! Aric telepon Harvey katakan pada nya tembak saat kita diposisi pas"
"Baik ayah" Aric mengotak atikan ponselnya setelah tersambung dia menyodorkan benda pipih itu didekat bibir Joe agar memudahkannya.
"Tuan saya berada tujuh meter dari titik anda sekarang"
"Titit??" Sahut Arvin
"Hiraukan sibodoh itu! Baik dengarkan aku Harvey musuh kita bukan sembarangan kali ini. kau ingat sebulan lalau siapa yang berhasil membobol pintu mansion? Ya bagus berarti kau tidak sebodoh Arvin. Aku hitung mundur dari sekarang dengarkan baik baik! Tiga----------- " ucap Joe gemetar pria terus memantau dari kaca mobil menunggu waktu yang pas agar Harvey leluasa menembak habis mereka semua.
"Papah danzel kejang lagi"
"Elus dadanya Vaz, apa apaan wajah bodohmu itu kau menangis? Astaga ck, danzel sayang dengar papah? sebentar lagi kita sampai sayang sebenntarrr lagi papah mohon bertahan" Ujar Joe berusaha tetap tenang
"Tuan-
"Ya ampun sampai dimana aku berhitung Harvey!"
"Tiga tuan"
"Dua----------- satu
Dor
Dor
Dor
"Tuan ampun ban mobil and-
"Sialan kau Harvey dasar bajingan tidak becus! Bagaimana putraku!!!! Kau mau putraku mati hah?!!"
"Tidak ada waktu ngebacot tuan saya akan menyusul"
"Kapan kau akan memecat Harvey papah? Lihat ban mobilmu. Pria itu memang tidak kompeten"
"Diam"
Perjuangan ketiganya ah atau keempatnya? Tidak sia sia. Butuh sekitar 8 menit untuk sampai dirumah sakit.
Sekarang mereka menunggu danzel yang tengah ditangani diUGD.
"Demi tuhan aku tidak sengaja membentaknya" gumam arvaz duduk berjongkok menyembunyikan diri nya dilipatan tangan.
"Bang..." Arvin tidak tega
Aric duduk bersandar dikursi rumah sakit. Dia benar benar frustasi mengapa kesayangan lagi lagi harus mendekam ditempat ini? Tempat paling dia benci setelah kematian catrina ibunya. Joe tidak bisa berkata apa-apa yang bisa dia lakukan hanya terus merapalkan beribu doa demi bungsunya, mengelus punggung si sulung guna menenangkan amarah yang kapan saja bisa meledak karena Joe tau aric lah yang paling mengerikan jika sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Tapi Apapun yang terjadi danzel harus selamat.
"Tuhan ampuni aku... Aku tidak sengaja hiks... "Arvaz Meraung
"Arvaz kemari" titah Joe
"Dengarkan papah. Hei! Ini bukan salahmu bukan salah siapapun, danzel memang tidak sedang fit, berhenti menangis kamu bukan bocah perempuan" Joe menepuk punggung arvaz
Cklek
"Bagaimana?"
"Begini, sebelumnya apa tuan muda danzel sudah pernah kambuh akhir akhir ini?" Tanya dr. Xean
"Ya karena aku tidak sengaja membentaknya"
"Ah sayang sekali harusnya tuan tuan bisa menjaga emosi kalian. Saya tidak akan menyalahkan siapapun tuan muda danzel masih harus menyesuaikan jantung barunya. Tuan muda juga tertidur karena obat bius saat bangun nanti mungkin akan menangis tuan tuan bisa pencet tombol disam-
"Aku tau" serobot Joe ketiganya masuk tanpa mempedulikan dr.xean yang menatap sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danzel Vance Fenedrick (End)
Random"wadduhhh si buntet masih disini. Papah! Kasih dia coklat!! Ni bocah ga akan pegi kalo belon dapet coklat. Makan coklat mulu, lo mau ompong?" Danzel menggeleng polos ia mengeratkan pegangan tasnya "Mana lagi bapak Lo belom jemput?" Danzel kembali m...