"mas danzel ada sama aku, kamu gak usah panik gitu dia baik kok cuma demam dikit lemah seperti biasa hahaha!"
"Wanita tidak tau diuntung! Apa penjara lima tahun tidak membuatmu kapok hah?!"
"Ck mas... danzel juga gak ada Untungnya buat aku, kecuali kamu mau nikahin aku kasian bayi ini gak ada ayahnya kamu mau ya?"
"Najiss Sora cuih. Kembalikan anakku! Dia hanya anak kecil yang tidak tau apapun, tolong Sora apa kamu tidak puas membuat danzel koma saat itu? Dia begitu rapuh tanpa ibunya, dia tidak mengerti apapun. Ku mohon Sora... "Joe putus asa
Telepon beralih menjadi video call
Sora tersenyum iblis mefokuskan ponselnya ke arah anak yang ditutup mulut dan matanya. Penampilan anak itu memperlihatkan, banyak bekas luka dibawah mata dan beberapa diarea kaki.
"Pwpwah!"
"Danzel! Ini papah tenang ya... Oke papah akan segera datang"
"Shhakit..." Ujarnya merintih
"Omong kosong Soraya kau apakan putraku?!! Kau benar benar manusia najiss bahkan anjingpun tak lebih najis dari pada dirimu! Bagaimana mungkin aku mau menikahi wanita menjijikan seperti kamu Sora?! Berpikir lah! Apa kau sudah gila? Tidak bisakah kau tidak menggangu hidupku dan anak anakku?"
"Kata katamu selalu menyakitkan tapi aku tidak peduli kau tanya aku apakan putramu emas mu? Aku hanya membentaknya dan ya sedikit membekap mulutnya dia berisik aku tidak suka lagi pula apa itu bisa disebut siksaan? Tentu saja tidak kan?"
...
Joe memerintahkan seluruh bawahan agar segera mencari danzel dengan titik lokasi telepon yang tersambung tadi. Jujur saja, perasaan sedari pagi tidak enak, dia bukan tidak mengabari kakak kakak danzel yang lain tapi jam baru menunjukan pukul 11 siang artinya ke tiga putranya masih dalam pembelajaran kan? Joe tentu tidak mau mengganggu waktu belajar mereka, ia hanya takut nanti ketiganya akan kepikiran khawatir terus tidak fokus atau lebih barahnya langsung pulang?
"Xean siapkan peralatan medis yang lengkap! Jaga jaga jika kejadian buruk terjadi- AGGHHH tentu saja jangan!" Joe menendang kursi kosong didepannya. Pria itu sudah siap untuk pergi ke tempat danzel disekap. Bawahan kepercayaannya mengabari titik lokasinya sudah ketemu.
"Papah ada apa? Mana si gendut?" Arvin datang dengan wajah sembab, remaja itu jelas habis menangis tidak tau kenapa perasaan benar benar tidak enak sampai mau menangis rasanya.
"Astaga kenapa kamu menangis arvin? Dimana kakak kakakmu hah?! Danzel tidak baik, bocah itu diculik Sora"
"Si Bitch itu?! Papah kenapa bisa kecolongan? Papah lupa jika danzel tidak tahan gelap? adikku bisa sesak! Aku yakin wanita itu pasti akan berbuat yang tidak tidak! Tempat gelap tentu bukan hal yang sulit buat si sialan itu!" Arvin menatap Joe marah.
"Papah tau! Kau kenapa pulang cepat hah?! Ini baru jam sebelas! Ah bodo amat! sekarang kau mau ikut atau tidak papah akan kesana?!"
"Aku jelas ikut!"
"Kami juga" arvaz Aric menyusul
Butuh sekitar 30 menit untuk sampai ditempat itu akhirnya mereka sampai. Joe dengan stelan serba hitam, ada sikembar yang sepakat mengenakan Hoodie hitam dan bawahan pakai celana sekolah. Aric hanya kaosan dengan celana pendek.
"Cepatlah papah kasian danzel!" Arvin tidak sabaran
"Sabarlah Arvin kau mengerti taktik tidak sih?" Joe menatap sinis.
Joe diposisi siaga berada paling depan dengan Aric, si kembar dibelakang. Mereka seperti tidak membawa apapun padahal didalam baju masing masing ada senjata lengkap, juga orang orang Joe mengepung tempat ini sesuai titah Joe.
Kalian ingat dokter xean? Ya! Dr. Xean tentu tidak mau mati konyol jadi pria itu menunggu dimobil berada cukup jauh dari mereka tapi dia juga sudah siap dengan peralatan medisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danzel Vance Fenedrick (End)
Random"wadduhhh si buntet masih disini. Papah! Kasih dia coklat!! Ni bocah ga akan pegi kalo belon dapet coklat. Makan coklat mulu, lo mau ompong?" Danzel menggeleng polos ia mengeratkan pegangan tasnya "Mana lagi bapak Lo belom jemput?" Danzel kembali m...